Masalah kebutuhan akan air baku semakin bertambah. Salah satu diantaranya adalah DKI Jakarta. DKI Jakarta dengan jumlah penduduk 8.961.680 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1.35% per tahun. Akibat yang terjadi adalah kurangnya ketersediaan air untuk masa datang dan semakin menurunnya kualitas air yang dikarenakan pencemaran yang terjadi pada Saluran Tarum Barat sebagai pembawa air baku dari Waduk Jatiluhur ke DKI Jakarta. Pencemaran ini terjadi pada pertemuan 2 sungai (Sungai Cikarang, Sungai Bekasi) dengan Saluran Tarum Barat, ketiga sungai itu sudah tercemar oleh limbah industri sehingga saat mencemari air yang dibawa Saluran Tarum Barat. Pada kasus ini penulis memberikan alternatif dalam peningkatan kualitas air baku agar kualitas air meningkat dan biaya pengolahan air di DKI Jakarta menjadi lebih murah. Sehingga konsumen dan produsen sama-sama diuntungkan. Alternatif yang ditawarkan adalah merencanakan sistem suplai air baru dengan membangun jaringan pipa dimulai dari pertemuan Sungai Cibeet hingga Jakarta atau membangun sipon pada pertemuan Sungai Cikarang dan Sungai Bekasi. Pemilihan alternatif perencanaan ini berdasarkan kepada analisis kualitas air, analisis teknis, dan analisis secara ekonomi (BCR).