Penelitian tesis ini dilatarbelakangi oleh fenomena ketimpangan pendapatan dan
ketimpangan regional yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pariwisata menjadi sektor yang banyak digarap oleh daerah-daerah yang jauh dari
wilayah perkotaan untuk meningkatkan daya saing daerah, menyerap tenaga kerja
lokal, dan meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Wilayah perdesaan memiliki
peluang untuk menggarap sektor pariwisata karena potensi pariwisata banyak
terdapat di wilayah yang jauh dari perkotaan.
Sebagian besar masyarakat perdesaan Indonesia masih bergantung pada pertanian
dengan produktifitas rendah, sedangkan masyarakat perdesaan yang memiliki
pekerjaan pokok atau sambilan lain di luar sektor pertanian memiliki peluang lebih
besar untuk keluar dari kemiskinan. Community based tourism (CBT) sering
dimaknai sebagai pariwisata yang dikelola oleh masyarakat dengan tujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat di mana dalam CBT yang ditonjolkan
sebagai daya tarik wisata adalah aspek budaya, sosial dan lingkungan setempat.
Kelebihan dari CBT yaitu pemberdayaan masyarakat lebih baik karena pelibatan
masyarakat dalam industri dan jasa pariwisata juga lebih tinggi, begitu juga aspek
edukasi terhadap pengunjung dan dampak negatif terhadap lingkungan yang
rendah.
Transformasi perdesaan dimaknai sebagai proses perubahan komprehensif di mana
masyarakat perdesaan memperluas penghidupannya dan mengurangi
ketergantungan terhadap sektor pertanian serta menjadi bergantung kepada wilayah
luar untuk bertukar barang, jasa, dan pemikiran. Terbukanya peluang untuk
memiliki penghasilan di luar sektor pertanian menjadikan banyaknya petani yang
awalnya hanya melaksanakan pertanian subsisten menjadi berpenghasilan ganda di
luar pertanian. Transformasi perdesaan menjadi hal yang tidak dapat dihindari
terutama karena tingginya pendapatan masyarakat yang bekerja di luar sektor
pertanian.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus di mana studi
kasus yang dipilih adalah destinasi wisata Nglinggo Tritis di Kabupaten Kulon
iProgo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah ini dipilih karena sudah mengalami
dampak dari aktivitas pariwisata selama kurang lebih 10 tahun, dan aktivitas
pariwisata sudah menjadi bagian dari penghidupan warga masyarakat di wilayah
tersebut. Pada penelitian ini, penulis menggambarkan pola hubungan CBT dengan
transformasi perdesaan di Nglinggo Tritis menggunakan sebuah pemodelan di
mana dimodelkan bahwa pertumbuhan CBT berbanding lurus dengan transformasi
perdesaan di wilayah sekitarnya. Hasil penelitian tesis ini dapat menjadi pemantik
diskusi di topik pembangunan perdesaan dengan menggunakan pariwisata sebagai
sektor unggulannya karena belum ada penelitian sebelumnya yang secara langsung
melihat pola hubungan dari pariwisata dengan transformasi perdesaan.