Sejak kasus pertama Covid-19 yang dilaporkan di kota Wuhan, China pada akhir 2019 yang disebabkan oleh virus Cov-Sars-2 yang kemudian dikenal sebagai virus corona, wabah yang menyebabkan pandemi global telah menginfeksi lebih dari 500 juta orang dan merenggut lebih dari 6 juta jiwa. Pandemi tersebut telah sangat mempengaruhi sebagian besar aspek kehidupan manusia. Kerangka Kerja PBB untuk Respons SosialEkonomi Segera terhadap Krisis COVID-19. Satu diantaranya adalah program vaksinasi. Terlebih lagi, infeksi tidak dapat sepenuhnya dihentikan dan varian baru virus yang bermutasi terus muncul, Vaksinasi menjadi sangat penting.
PT. BFM ditunjuk oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin Covid-19. Vaksin BUMN yang kemudian dikenal dengan vaksin Indovac ditargetkan akan dirilis pada pertengahan tahun 2022 dan memproduksi 20 juta dosis pada akhir tahun 2022. Untuk memenuhi target tersebut PT. BFM harus dapat memperoleh otorisasi penggunaan darurat (EUA). Karena sifatnya yang sangat mendesak, proyek ini memiliki waktu yang terbatas. Oleh karena itu, manajemen proyek di PT BFM perlu segera ditingkatkan.
Dalam penelitian ini penulis akan mengusulkan strategi manajemen proyek untuk memastikan perusahaan mampu memproduksi vaksin Covid-19 dengan mengaplikasikan metode pembuatan vaksin campaign-based ke fasilitas produksi yang ada, sehingga dapat merilis vaksin Indovac tepat waktu, dengan tetap memenuhi persyaratan kualitas, keamanan, dan kuantitas yang telah ditentukan.
Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan informasi mengenai situasi manajemen proyek saat ini untuk kemudian dibandingkan dengan pedoman Project Management Body of Knowledge (PMBOK). Studi perbandingan menunjukkan bahwa terdapat hal-hal yang tidak dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan manajemen proyeknya, seperti tidak adanya work breakdown stricture (WBS), penjadwalan masih dilakukan secara manual, alokasi sumber daya yang kurang baik, pemetaan pemangku kepentingan yang kurang jelas, strategi pengadaan yang sudah usang (terutama karena pandemi). Kemudian penulis menerapkan metode fishbone untuk mengidentifikasi akar penyebab yang kemudian akan dikorelasikan dengan PMBOK. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, gap analysis digunakan untuk menggambarkan keadaan saat ini (status quo) dan keadaan masa depan yang diharapkan serta solusi bisnis yang diusulkan untuk mencapai keadaan masa depan yang diharapkan tersebut.