digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sistem manajemen inventaris di laboratorium seringkali menantang karena kompleksitas dari penggunaan inventarisasi. Tanpa sistem manajemen inventaris yang efektif, laboratorium akan menghadapi kesulitan untuk memberikan tingkat layanan yang tinggi dengan investasi inventaris yang sedikit. Laboratorium molekuler di departemen PNRL memiliki masalah persediaan dengan efisiensi stok yang rendah. Penelitian ini dilakukan menggunakan data sekunder dari Januari 2022 hingga Juli 2022. Perhitungan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan Excel spreadsheet. Akar penyebab dari masalah ini adalah manajemen inventaris yang buruk dan kesulitan dalam mengisi formulir pencatatan. Untuk mengatasi masalah manajemen persediaan, studi ini membandingkan Model Q dan Model P dari sistem manajemen persediaan dengan sistem persediaan saat ini. Jumlah total persediaan yang dianalisis adalah 33, dan 15 diantaranya termasuk dalam simulasi Q Model. Terdapat potensi penghematan biaya sekitar 1,2 miliar rupiah dan 681 juta rupiah jika menggunakan Model Q dan Model P. Pada simulasi Q Model, perusahaan dapat menurunkan nilai pembelian sekitar 58-55%, persediaan terakhir sekitar 70-76% dan nilai AIL sekitar 42-47%. Selain itu, jika nilai pembelian turun secara konsisten sebesar 55% per bulan selama empat bulan, maka SE laboratorium molekuler akan melebihi target perusahaan sebesar 70%. Selain memperbaiki sistem manajemen inventaris, laboratorium juga harus memperbaiki formulir pencatatan dengan mengubahnya menjadi sistem terpusat dengan antarmuka yang ramah pengguna. Secara keseluruhan, Model Q manajemen persediaan dan transformasi formulir pencatatan direkomendasikan untuk diterapkan di laboratorium molekuler departemen PNRL.