digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Qorry 'Aina
PUBLIC Dewi Supryati

COVER_Qorry 'Aina.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

BAB I_Qorry 'Aina.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

BAB II_Qorry 'Aina.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

BAB III_Qorry 'Aina.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

BAB IV_Qorry 'Aina.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

BAB V_Qorry 'Aina.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

PUSTAKA Qorry 'Aina
PUBLIC Dewi Supryati

Pemanfaatkan sumber energi terbarukan dan pemberdayaan komunitas lokal dalam aspek sosial ekonomi menjadikan PLT-EBT off-grid skala mikro; pembangkit listrik skala mikro yang tidak tersambung dengan jaringan PLN; sebagai solusi dalam elektrifikasi pedesaan khususnya di mana perluasan ke jaringan listrik nasional dianggap tidak layak secara ekonomi. Minimnya pemantauan kinerja menjadikan banyak kasus PLT-EBT off-grid skala mikro berhenti beroperasi, khususnya yang dikelola oleh komunitas lokal, akibat kendala sosial, ekonomi, teknis, dan faktor lingkungan. Evaluasi berkala perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi keberlanjutan PLT-EBT off-grid skala mikro dan digunakan untuk merumuskan intervensi yang tepat untuk meningkatkan ketahanan PLT-EBT off-grid skala mikro. Penggunaan indikator keberlanjutan dan indeks keberlanjutan dalam mengevaluasi proyek PLT-EBT off-grid skala mikro sudah banyak dikembangkan oleh praktisi dan peneliti untuk dapat memberikan informasi yang komprehensif. Penggunaan indikator keberlanjutan masih terbatas serta perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi aktual proyek yang dikaji. Penelitian bertujuan untuk mengembangkan model penilaian keberlanjutan proyek PLT-EBT off-grid skala mikro pada komunitas pedesaan dengan mengidentifikasi seperangkat indikator yang sesuai dengan kondisi aktual dan menggunakan indeks keberlanjutan dalam menilai keberlanjutan PLT-EBT off-grid skala mikro. Model yang dikembangkan diterapkan untuk menilai keberlanjutan suatu kasus proyek PLT-EBT off-grid skala mikro di komunitas pedesaan dan mengidentifikasi faktor yang menjelaskan ketahanan proyek PLT-EBT off-grid skala mikro. Penelitian ini menggunakan metode fuzzy Delphi dalam pengembangan model penilaian. Metode fuzzy Delphi (FDM) digunakan untuk melakukan validasi terhadap 52 indikator keberlanjutan pada dimensi teknis, ekonomi, sosial, lingkungan dan institusional. Indikator yang sudah divalidasi digunakan untuk menilai keberlanjutan suatu proyek PLT-EBT off-grid skala mikro melalui survei, observasi lapang dan wawancara semi terstruktur. Identifikasi faktor yang mempengaruhi ketahanan proyek PLT-EBT off-grid skala mikro yang dikaji dilakukan dengan analisis sebab-akibat menggunakan diagram Ishikawa. ii Pengembangan model menghasilkan 41 indikator keberlanjutan yang sudah divalidasi dan skala pengukuran keberlanjutan untuk mengukur keberlanjutan pada dimensi teknis, ekonomi, sosial, lingkungan dan instituisional. Model ini digunakan untuk menilai keberlanjutan unit pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) X, Kabupaten Bogor. PLTMH X memiliki nilai keberlanjutan yang cukup tinggi, khususnya pada dimensi lingkungan, institusional dan teknis. Dimensi ekonomi dan sosial memiliki nilai keberlanjutan yang rendah, khususnya pada indikator-indikator mengenai dampak elektrifikasi terhadap peningkatan kondisi sosial ekonomi komunitas. Hasil penilaian mendukung asumsi awal dimana PLT-EBT off-grid skala mikro mampu beroperasi optimal selama 8 tahun, tetapi berhenti beroperasi pada 2021. Hasil analisis sebab-akibat menunjukkan adanya kendala-kendala pada faktor teknis, ekonomi dan kelembagaan yang menyebabkan PLTMH berhenti beroperasi dan komunitas beralih ke jaringan listrik. Penelitian ini menghasilkan metode penilaian keberlanjutan berbasis indikator keberlanjutan yang mencakup aspek teknis, ekonomi, sosial, lingkungan dan institusional yang dapat digunakan untuk mengukur keberlanjutan dan memberikan gambaran tingkat keberlanjutan dengan sistem skoring yang sederhana. Nilai keberlanjutan yang tinggi tidak menjamin ketahanan untuk beroperasi secara optimal untuk jangka panjang jika tidak disertai dengan adanya intervensi untuk menyelesaikan kendala-kendala yang diidentifikasi dalam penilaian keberlanjutan. Kapasitas kelembagaan komunitas dan komitmen seluruh pemangku kepentingan lokal sangat penting dalam mengatasi kendala keberlanjutan pada aspek teknis dan ekonomis.