Dedak padi merupakan produk samping penggilingan padi. Pemanfaatan dedak padi di Indonesia saat ini terbatas sebagai pakan ternak. Padahal di lain pihak, dedak padi mengandung minyak pangan. Pengolahan dedak padi menjadi minyak dedak padi terdiri dari proses ekstraksi dedak padi menjadi minyak mentah dan dilanjutkan dengan pemurnian minyak dedak padi mentah. Masalah unik dari pemurnian minyak dedak adalah tingginya kadar asam lemak bebas sebagai akibat dari hidrolisis lemak oleh enzim pemecah lemak yang dinamakan enzim lipase. Hidrolisis lemak juga mengakibatkan hilang minyak dan bau tengik. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dedak padi harus distabilkan sebelum dilakukan proses ekstraksi. Metode stabilisasi yang telah dikaji peneliti sebelumnya, yaitu stabilisasi pemasakan dan kimia. Kedua metode tersebut terbukti baik dalam menjaga kadar asam lemak bebas tetap di bawah 10%. Namun, belum diketahui pengaruh metode stabilisasi terhadap kadar oryzanol dalam minyak dedak padi. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak metode stabilisasi pemasakan kering, basah, dan ekstrusi terhadap kadar oryzanol dalam minyak dedak padi.
Penelitian yang akan dilakukan bersifat studi pustaka dan eksperimental. Studi pustaka meliputi pencarian informasi mengenai minyak dedak padi berdasarkan literatur, sementara eksperimental meliputi pengambilan data dari percobaan yang meliputi tiga tahap. Ketiga tahap tersebut meliputi percobaan stabilisasi dedak padi, ekstraksi dedak padi, dan uji kualitas minyak dedak padi. Metode stabilisasi yang dilakukan yaitu: stabilisasi pemasakan kering dengan menggunakan oven berupa pemanasan dedak padi pada suhu 100ºC dan 120ºC, stabilisasi pemasakan basah yaitu berupa pengukusan dedak padi selama 30 menit dan 60 menit, dan stabilisasi ekstrusi. Kualitas minyak yang diuji adalah kadar oryzanol yang dibandingkan terhadap minyak yang diperoleh dari dedak segar. Hasil penelitian menunjukkan metode stabilisasi yang diuji tidak mempengaruhi kadar oryzanol dalam minyak dedak padi.