PT.XYZ mengalami transisi kepemilikan pada tahun 2021 dimana operator terbaru adalah perusahaan
milik negara. Perubahan operator dari perusahaan terbuka menjadi badan usaha milik negara
mengakibatkan adanya perbedaan target produksi, dimana operator baru yang merupakan BUMN,
memiliki program untuk mendukung target produksi yang ditentukan oleh pemerintah Indonesia, yaitu
sebesar 1 juta barrel minyak per hari pada tahun 2030. Kontribusi produksi minyak dari PT.XYZ untuk
target produksi minyak nasional tersebut adalah sekitar 300 ribu barrel minyak per hari sedangkan
produksi minyak pada saat transisi operator adalah 140 ribu barrel minyak per hari.
Untuk memenuhi target produksi nasional tersebut, PT. XYZ berencana untuk menaikkan produksi
minyak seiring tahun dengan cara menambah sumur produksi. Penambahan sumur produksi akan
memiliki imbas kenaikan daya listrik yang dibutuhkan untuk mengoperasikan fasilitas produksi minyak.
Selain dari beban listrik dari pompa yang digunakan di sumur produksi, penambahan beban listrik
terjadi pada fasilitas permukaan seperti metode pengangkatan minyak (metode waterflood, chemical
enhanced oil recovery dan steamflood) serta penambahan beban listrik dari fasilitas pengolahan yang
juga memiliki batasan proses pengolahan.
Daya listrik yang diperlukan untuk operasi pada saat transisi operator adalah sekitar 396MW, dengan
total kapasitas pembangkit listrik pada saat transisi hingga bulan November 2022 adalah sekitar
562MW. Mempertimbangkan kenaikan kebutuhan daya listrik, kebutuhan daya listrik pada puncak
beban produksi yaitu tahun 2030 diperkirakan adalah 617MW, hal ini menandakan adanya kekurangan
kapasitas sebesar 55MW yang akan mengakibatkan PT.XYZ tidak dapat memenuhi target produksi
nasional serta mengalami loss production opportunity (LPO).
Untuk memitigasi permasalahan kekurangan kapasitas pembangkit listrik tersebut, PT.XYZ memiliki
rencana untuk mengadakan proyek penambahan kapasitas pembangkit dengan cara instalasi unit
pembangkitan listrik baru. Proyek penambahan kapasitas dilakukan dengan pendekatan metode multi
criteria decision analysis (MCDA) yaitu SMART (Simple Multi Attribute Ranking Technique) analysis
dan metode prioritas Analytical Hierarchy Process (AHP) analysis, dimana pertimbangan yang
ditentukan adalah penentuan tipe pembangkit serta lokasi pemasangan unit pembangkit. Sementara
parameter pemilihan kombinasi alternatif adalah nilai keekonomian proyek, kehandalan sistem,
kemampuan produksi uap gratis, memperbaiki stabilitas jaringan transmisi listrik serta tingkat kesulitan
calon lokasi unit pembangkit. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, angket dan
diskusi dengan ahli dari internal perusahaan.
Hasil dari tugas akhir ini menunjukkan bahwa instalasi pembangkit listrik di dua lokasi, yaitu 4 gas
engine generator (GEG) dengan total pembangkitan sebesar 40MW di daerah BKO dan 1 turbin gas simple cycle termasuk Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan kapasitas 40MW di daerah
Duri sebagai alternatif paling menguntungkan. Berdasarkan kaji banding, pemasangan unit pembangkit
yang diusulkan maupun acuan kaji banding memenuhi semua variable yang ditentukan seperti efisiensi
nilai ekonomi, perbaikan stabilitas jaringan transmisi serta terdapatnya uap gratis yang akan digunakan
untuk proses produksi minyak metode tertier.