Permasalahan perubahan iklim secara global memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Berbagai solusi dalam meminimalisir dampak terhadap lingkungan telah dilakukan sejak 2 dekade silam. Pembangunan dan pengembangan pada sektor bangunan gedung juga berkontribusi dalam memberikan dampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya, oleh sebab itu berbagai solusi pada sektor bangunan gedung ditawarkan. Salah satunya melalui implementasi konsep bangunan gedung hijau. Gedung utama Kementerian PUPR merupakan salah satu proyek percontohan dalam implementasi konsep bangunan gedung hijau. Namun, praktik bangunan gedung hijau yang belum lazim dan keterlibatan banyak aktor dari berbagai disiplin dapat memicu munculnya ketidaksepakatan dan kontroversi. Seiring berjalannya waktu, gedung utama Kementerian PUPR telah beroperasi selama 1 dekade, dan praktik bangunan gedung hijau terus berkembang. Sehingga, penting untuk mengidentifikasi lebih dalam tentang proses perencanaan, implementasi dan pemanfaatan bangunan gedung hijau di gedung utama Kementerian PUPR serta melihat proses tersebut dari perspektif etika. Hal tersebut dapat dianalisis dan dikaji lebih dalam dengan menggunakan kajian mapping controversy, analisis eksploratif data dan wawancara, hingga analisis deskriptif dengan konsep design with ethics. Melalui kajian tersebut, dapat terlihat bahwa berbagai kontroversi yang terjadi tidak hanya melibatkan aktor manusia namun juga melibatkan aktor non-manusia. Kontroversi yang terjadi juga memperlihatkan bagaimana bangunan gedung secara arsitektural akan terus bergerak dan berevolusi. Meskipun praktik bangunan gedung hijau belum lazim dilaksanakan di Indonesia, proses perencanaan, implementasi dan pemanfaatan bangunan gedung hijau pada gedung utama Kementerian PUPR tidak lepas dari keterlibatan Green Building Council Indonesia (GBCI) sesuai Greenship. Selain itu, praktik perencanaan gedung utama Kementerian PUPR juga tidak lepas dari perspektif etika. Praktik bangunan gedung hijau sebagai bagian dari etika lingkungan, jika dilihat dari konsep design with ethics akan memperlihatkan bagaimana bangunan gedung hijau dirancang dan dapat memenuhi kriteria etika secara moral. Selain itu, perspektif design with ethics juga memperlihatkan bagiamana sebuah artefak dapat menjadi sebuah tanggung jawab dari seorang insinyur atau desainer. Sehingga, dapat dilihat pada penelitian ini bahwa upaya kolaborasi dari berbagai aktor dan asosiasi yang terlibat penting untuk dipertimbangkan dan dicermati lebih lanjut. Khususnya pada praktik bangunan gedung hijau, yang hingga saat ini masih pada masa transisi dan terus berkembang.