Kerikil ditemukan di dalam konsesi YCUZ di setiap lokasi penambangan batubaranya. Kerikil digunakan untuk melapisi jalan tambang dan sebagai material support kegiatan peledakan. Kerikil yang digunakan di area YCUZ dibeli dari subkontraktor di luar Kalimantan Timur. Kebutuhan material kerikil setiap tahun adalah 124.000 bank cubic meter (bcm) yang disediakan oleh vendor. Perbandingan telah dibuat antara mengekstraksi sumber daya yang tersedia dan mengimpor kerikil dari luar Kalimantan Timur. Perusahaan dapat melakukan proyek yang menghemat uang dengan memilih cara terbaik untuk memanfaatkan konsesi tambang secara maksimal.
Pihak manajemen harus mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam proyek ini. Analisis kondisi bisnis eksternal yang diikuti dengan pemetaan sumber daya dan kompetensi organisasi digunakan untuk menganalisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Capital Budgeting, dengan menghitung Net Present Value (NPV), Payback Period (PBP), dan Internal Rate of Return (IRR). Skenario pertama adalah menyelesaikan proyek 10 tahun; yang kedua adalah mengakhirinya pada tahun 2025. Pada skenario kedua proyek berakhir lebih awal habisnya karena izin pertambangan.
Hasil dari penelitian ini adalah, menambang kerikil akan memberikan keuntungan dan proyek ini dapat dijalankan. NPV proyek ini adalah Rp 114.591.915.984,60 dengan Payback Period 1,37 dan Internal Rate of Return 134,5%. Bahkan jika penambangan dihentikan pada tahun 2025, proyek tersebut masih akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp5.213.693.879,50. Analisis sensitivitas mengungkapkan bahwa nilai tukar USD-IDR adalah aspek yang paling sensitif. Faktor ini akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas proyek.