ABSTRAK PRIHANANTO S 22003003
PUBLIC Dedi Rosadi COVER PRIHANANTO S 22003003
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 1 PRIHANANTO S 22003003
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 2 PRIHANANTO S 22003003
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 PRIHANANTO S 22003003
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 PRIHANANTO S 22003003
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 5 PRIHANANTO S 22003003
PUBLIC Dedi Rosadi DAFTAR PUSTAKA PRIHANANTO S 22003003
PUBLIC Dedi Rosadi LAMPIRAN PRIHANANTO S 22003003
PUBLIC Dedi Rosadi
Daerah yang dipengaruhi oleh iklim tropis, seperti di Indonesia, fenomena pelapukan
batuan menjadi sangat umum dan terjadi secara intensif. Akibat dari proses pelapukan itu
maka batuan yang berada di/dekat permukaan bumi akan mengalami perubahan secara
fisik maupun kimia. Secara geologi, proses pelapukan bekerja relatif lambat (long-term
processes), namun masih dapat dikenali melalui pengamatan langsung di lapangan atau
pun melalui pengujian di laboratorium. Dipandang dari aspek keteknikan, kehadiran
pelapukan pada batuan akan memberikan nilai sifat-sifat keteknikan yang berbeda
dibandingkan dengan batuan segar maupun tanah residu.
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa
Barat, yang secara geologi berada dalam fisiografi Zona Bogor. Keberadaan andesit
lapuk di Purwakarta menjadi menarik untuk dipelajari dan diteliti terutama dari sudut
pandang keteknikan, karena batuan ini menjadi sumber bahan baku bagi keperluan
rekayasa konstruksi di wilayah Propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Oleh sebab itu,
penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi andesit lapuk dan mengetahui
perubahan perilaku geomekanikanya.
Hasil karakterisasi lapangan dapat diketahui urutan ideal dari hasil pelapukan yaitu
tanah residu (derajat pelapukan/DP VI), batuan lapuk sempurna bagian atas (DP Va),
batuan lapuk sempurna bagian bawah (DP Vb), batuan lapuk tinggi (DP IV), batuan
lapuk menengah (DP III), batuan lapuk ringan (DP II) dan batuan segar (DP I). Hasil
ii
pengujian dengan hand penetrometer secara umum memperlihatkan nilai penetrasi yang
cenderung meningkat dari derajat pelapukan IV, Vb, Va dan VI. Pengujian dengan
Schmidt hammer diperoleh nilai kekuatan dan kekerasan batuan yang semakin berkurang
secara linier dari derajat pelapukan I, II, III dan IV.
Dari Pengamatan petrografi diketahui ada dua tipe andesit yaitu andesit piroksen
(G. Patapan) dan andesit hornblende (G. Kacapi dan G. Cupu). Secara petrografi, andesit
piroksen cenderung mudah berubah akibat proses pelapukan dibandingkan dengan
andesit hornblende. Hasil pengujian sifat-sifat fisik atau indeks tanah/batuan
menunjukkan beberapa pola yang menggambarkan keadaan fisik tanah/batuan
didasarkan pada kenaikan derajat pelapukannya, seperti prosentase kadar air (w),
porositas (n) dan tingkat kejenuhan (Sr) yang cenderung bertambah. Berat isi basah (?w)
dan berat jenis (G) tidak menunjukkan pola perubahan tertentu, dengan nilai kisaran
antara 1.54 – 1.73 gr/cm2 untuk berat isi dan 2.41 – 2.66 untuk berat jenis.
Hasil analisis pengujian sifat-sifat mekanika tanah/batuan memperlihatkan hubungan
eksponensial antara parameter modulus elastisitas (Et(50)), indeks point load (Is) dan nilai
Schmidt hammer (SHV) terhadap nilai kuat tekan ( ?
c). Hubungan tersebut dapat
dinyatakan dengan persamaan-persamaan seperti berikut ini Et(50) = 2530e0.0201?c
(R2 = 0.9248), ?c = 26.017e0.5528Is (R2 = 0.9881), dan ?c = 16.964e0.0527SHV (R2 = 0.9349).
Rangkuman hasil penelitian diberikan dalam bentuk skema klasifikasi keteknikan andesit
lapuk dan model perubahan perilaku geomekanika yang ditampilkan dalam model kurva
tegasan-regangan dan mode keruntuhan dari masing-masing derajat pelapukan.