Kondisi lingkungan purba yang bervariasi sangat berpengaruh terhadap
karakteristik geokimia minyak bumi dan gas; oleh karena itu mengetahui asal dan
karakteristik minyak bumi dan gas yang terbentuk dari batuan induk merupakan
salah satu cara untuk memahami sistem minyak bumi. Daerah penelitian terletak di
daerah Bobonaro, Cekungan Maliana, di daratan (onshore area) Timor-Leste.
Subjek penelitian adalah karakterisasi minyak bumi dan batuan induk. Objeknya
meliputi keadaan geologi regional umum seperti tektonik, struktur, stratigrafi
dengan pembahasan khusus tentang karakter geokimia organik, yaitu kekayaan
batuan sedimen, kematangan, dan tipe, serta distribusi biomarker yang dapat
dipergunakan untuk menginterpretasi asal material organik, lingkungan
pengendapan, dan tipe material organik. Selain objek yang berupa batuan, juga
dilakukan pengambilan sampel minyak bumi yang dianalisis kandungan biomarker
agar dapat dikorelasikan dengan batuan sedimen untuk menentukan ada/tidaknya
potensi batuan sedimen di daerah penelitian menjadi batuan induk minyak bumi
tersebut.
Berdasarkan analisis kekayaan sebagai batuan induk yang dilakukan terhadap dua
anggota Formasi Babulu (Anggota Klastik dan Anggota Serpih), formasi ini
mempunyai kekayaan sedang sampai dengan baik dengan nilai TOC antara 1% dan
12%. Kandungan material organik untuk Formasi Aitutu (Anggota Karbonat dan Anggota Serpih) nilainya antara 1% dan 5%, dan Formasi Viqueque mengandung
TOC antara 0,50% dan 2%. Analisis kematangan yang dilakukan terhadap kerogen
yang dikandung Formasi Babulu dan Aitutu menunjukkan bahwa kedua formasi
tersebut relatif matang, sedangkan Formasi Viqueque masih dalam tahap belum
matang. Analisis tipe kerogen yang juga dilakukan terhadap Formasi Babulu dan
Aitutu umumnya mengarah ke kerogen tipe III penghasil gas, tetapi terdapat juga
yang berasal dari kerogen tipe 1 dan campuran tipe II dan III, yang dapat
membentuk minyak bumi dan gas pada saat matang.
Distribusi biomarker sterana dari m/z 217 untuk sampel batuan maupun minyak
bumi menunjukkan kelimpahan diasterana yang relatif tinggi. Komposisi sterana
C27 dan C29 yang selalu berimbang kedominannya pada seluruh sampel
menunjukkan bahwa pasokan bahan organik pada sampel minyak bumi dan batuan
induk diperkirakan berasal dari campuran alga dan tumbuhan tingkat tinggi yang
diendapkan di lingkungan laut transisi. Biomarker triterpana tidak menunjukkan
adanya kelimpahan pasokan tumbuhan tingkat tinggi, seperti bikadinana yang
mengindikasikan bahan organik berasal dari tumbuhan tinggi darat yang
terendapkan pada lingkungan laut. Dua sampel minyak bumi yang diambil dari
daerah Pualaka dan Suai Loro diperkirakan material organiknya berasal dari alga
yang diendapkan pada lingkungan laut transisi.
Semua indikator kematangan sampel batuan dari hasil analisis biomarker jenuh dan
aromatik menunjukkan bahwa seluruh sampel berada pada zona belum matang
hingga matang. Sampel minyak bumi Pualaka dan Suai Loro menunjukkan
kematangan biomarker fraksi hidrokarbon jenuh (saturat) dan aromatik
menunjukkan bahwa sampel Pulaka dan Suai Loro berada dalam zona matang.
Analisis isotop karbon pada tujuh sampel singkapan dari Formasi Babulu dan
Aitutu menunjukkan bahwa ekstrak batuan mengandung hidrokarbon yang
sebagian besar material organiknya berasal dari biota marine, yang kemungkinan
besar berhubungan dengan lingkungan pengendapan delta.