digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Joanico Pires
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

Kondisi lingkungan purba yang bervariasi sangat berpengaruh terhadap karakteristik geokimia minyak bumi dan gas; oleh karena itu mengetahui asal dan karakteristik minyak bumi dan gas yang terbentuk dari batuan induk merupakan salah satu cara untuk memahami sistem minyak bumi. Daerah penelitian terletak di daerah Bobonaro, Cekungan Maliana, di daratan (onshore area) Timor-Leste. Subjek penelitian adalah karakterisasi minyak bumi dan batuan induk. Objeknya meliputi keadaan geologi regional umum seperti tektonik, struktur, stratigrafi dengan pembahasan khusus tentang karakter geokimia organik, yaitu kekayaan batuan sedimen, kematangan, dan tipe, serta distribusi biomarker yang dapat dipergunakan untuk menginterpretasi asal material organik, lingkungan pengendapan, dan tipe material organik. Selain objek yang berupa batuan, juga dilakukan pengambilan sampel minyak bumi yang dianalisis kandungan biomarker agar dapat dikorelasikan dengan batuan sedimen untuk menentukan ada/tidaknya potensi batuan sedimen di daerah penelitian menjadi batuan induk minyak bumi tersebut. Berdasarkan analisis kekayaan sebagai batuan induk yang dilakukan terhadap dua anggota Formasi Babulu (Anggota Klastik dan Anggota Serpih), formasi ini mempunyai kekayaan sedang sampai dengan baik dengan nilai TOC antara 1% dan 12%. Kandungan material organik untuk Formasi Aitutu (Anggota Karbonat dan Anggota Serpih) nilainya antara 1% dan 5%, dan Formasi Viqueque mengandung TOC antara 0,50% dan 2%. Analisis kematangan yang dilakukan terhadap kerogen yang dikandung Formasi Babulu dan Aitutu menunjukkan bahwa kedua formasi tersebut relatif matang, sedangkan Formasi Viqueque masih dalam tahap belum matang. Analisis tipe kerogen yang juga dilakukan terhadap Formasi Babulu dan Aitutu umumnya mengarah ke kerogen tipe III penghasil gas, tetapi terdapat juga yang berasal dari kerogen tipe 1 dan campuran tipe II dan III, yang dapat membentuk minyak bumi dan gas pada saat matang. Distribusi biomarker sterana dari m/z 217 untuk sampel batuan maupun minyak bumi menunjukkan kelimpahan diasterana yang relatif tinggi. Komposisi sterana C27 dan C29 yang selalu berimbang kedominannya pada seluruh sampel menunjukkan bahwa pasokan bahan organik pada sampel minyak bumi dan batuan induk diperkirakan berasal dari campuran alga dan tumbuhan tingkat tinggi yang diendapkan di lingkungan laut transisi. Biomarker triterpana tidak menunjukkan adanya kelimpahan pasokan tumbuhan tingkat tinggi, seperti bikadinana yang mengindikasikan bahan organik berasal dari tumbuhan tinggi darat yang terendapkan pada lingkungan laut. Dua sampel minyak bumi yang diambil dari daerah Pualaka dan Suai Loro diperkirakan material organiknya berasal dari alga yang diendapkan pada lingkungan laut transisi. Semua indikator kematangan sampel batuan dari hasil analisis biomarker jenuh dan aromatik menunjukkan bahwa seluruh sampel berada pada zona belum matang hingga matang. Sampel minyak bumi Pualaka dan Suai Loro menunjukkan kematangan biomarker fraksi hidrokarbon jenuh (saturat) dan aromatik menunjukkan bahwa sampel Pulaka dan Suai Loro berada dalam zona matang. Analisis isotop karbon pada tujuh sampel singkapan dari Formasi Babulu dan Aitutu menunjukkan bahwa ekstrak batuan mengandung hidrokarbon yang sebagian besar material organiknya berasal dari biota marine, yang kemungkinan besar berhubungan dengan lingkungan pengendapan delta.