Daerah pesisir Kabupaten Indramayu berada di Pantai Utara Jawa dengan material penyusun berupa pasir yang memiliki tingkat risiko gelombang ekstrim dan abrasi tinggi yang dipicu oleh penggalian pasir pantai dan alih fungsi lahan bakau menjadi tambak. Sehingga penting untuk dilakukan pengamatan perubahan garis pantai. Analisis dilakukan dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh yang dapat memberikan data secara periodik dengan cakupan wilayah yang luas.
Penelitian ini menggunakan citra Landsat 7 ETM+ dan 8 OLI/TIRS dengan waktu akuisisi tahun 2012-2022 yang dilakukan untuk mendapatkan hasil perubahan dan prediksi garis pantai. Untuk memperbaiki kualitas citra dilakukan koreksi radiometrik dan koreksi atmosfer menggunakan metode Fast Line of sight Atmospheric Analysis of Spectral Hypercubes (FLAASH). Selanjutnya, pemisahan antara daratan dan lautan dengan metode Bilko dan Digital Shoreline Analysis System (DSAS) untuk mengetahui proses terjadinya abrasi maupun akresi serta mengetahui prediksi perubahan garis pantai tahun 2032 dan 2042.
Hasil analisis perubahan laju dan pergeseran garis pantai Indramayu didapatkan daerah akresi seluas 894,58 ha memiliki laju 37,43 m/tahun dengan jarak pergeseran 373,43 m. Daerah abrasi seluas 752,55 ha memiliki laju 63,28 m/tahun dengan jarak pergeseran 126,56 m. Prediksi perubahan garis pantai tahun 2032 abrasi tertinggi berada di LP 10 yang memiliki laju 10,23 m/tahun dengan jarak pergeseran 101,91 m. Sedangkan tahun 2042 daerah akresi tertinggi berada di LP 5 Sedangkan daerah akresi tertinggi berada di LP 5 yang memiliki nilai laju 15,83 m/tahun dengan jarak pergeseran 358,83 m.
Hasil analisis besar butir menunjukkan daerah yang mengalami abrasi memiliki material berupa pasir, sedangkan daerah akresi memiliki material berupa lanau pasiran. Abrasi disebabkan oleh material sedimen yang terkikis oleh arus, sedangkan akresi disebabkan oleh material sedimen dari sungai yang terendapkan ke arah laut.