ABSTRAK I NENGAH SADIARTA 22002016
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 1 I NENGAH SADIARTA 22002016
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 2 I NENGAH SADIARTA 22002016
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 I NENGAH SADIARTA 22002016
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 I NENGAH SADIARTA 22002016
PUBLIC Dedi Rosadi KESIMPULAN I NENGAH SADIARTA 22002016.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi DAFTAR PUSTAKA I NENGAH SADIARTA 22002016
PUBLIC Dedi Rosadi LAMPIRAN I NENGAH SADIARTA 22002016
PUBLIC Dedi Rosadi COVER I NENGAH SADIARTA 22002016
PUBLIC Dedi Rosadi
Tujuh sumur (PB-1 – PB-6 dan PB-8) di Lapangan Pasir Bunga dipergunakan untuk mempelajari
karakterisasi fasies dari reservoir batuan karbonat Formasi Baturaja. Lapangan ini berdasarkan
kedalaman kontak minyak dengan air dapat dibagi menjadi bagian utara dan selatan, di mana bagian
utara mempunyai 41.6 kaki ketebalan kolom minyak dan bagian selatan mempunyai sekitar 27.5
kaki ketebalan kolom minyak.
Batugamping Formasi Baturaja dicirikan oleh empat jenis fasies karbonat, yaitu coral boundstone
(coral framestone), packstone (coral rudstone dan foraminiferal packstone), wackestone (coral
floatstone) dan mudstone. Jenis bioklas didominasi oleh koral dan diikuti oleh red algae,
echinoderms, bivalve/molluscs, larger foraminifera, small benthonic foraminifera, planktonic
foraminifera, brachiopods, bryozoan, ostracods dan jenis bioklas lainnya yang tidak dikenali.
Planktonic foraminifera hanya hadir di dalam wackestone and mudstone dari lingkungan open
marine platform. Sedangkan coral rich-packstone, wackestone dan coral boundstone diendapkan
pada suatu lingkungan carbonate mudbanks yang menutupi suatu open marine platform (sebagian
besar Formasi Baturaja bagian bawah) dan suatu tinggian batuan dasar yang landai selama
transgresi laut pada Miosen Awal.
ii
Berdasarkan karakter log GR, Formasi Baturaja dapat dibagi menjadi bagian bawah dan bagian atas
Formasi Baturaja. Analisis lebih lanjut pada karakter log difokuskan pada Formasi Baturaja bagian
atas dan didapatkan bahwa Formasi Baturaja bagian atas dapat dibagi menjadi tiga siklus
pengendapan yang ditandai oleh adanya shale break atau maximum flooding surface.
Studi diagenesa pada interval batuan inti pada sumur PB-2 (interval 3144’-3276’) dan sumur PB-4
(interval 3162’-3289) menunjukkan bahwa lingkungan diagenesa dapat dibagi menjadi freshwater
phreatic zone pada bagian atas dan mixing zone pada bagian bawah. Lingkungan diagenesa pada
interval batuan inti pada sumur PB-3 (interval 3216’-3228’) umumnya adalah freshwater phreatic
zone dengan diselingi setempat-setempat oleh mixing zone.
Porositas terukur pada core #1 dan core #2 dari sumur PB-2 bervariasi dari buruk (7%) sampai
sempurna (37%), tetapi porositas terukur rata-ratanya sangat bagus (23%). Hasil pengukuran
permeabilitas pada conto batuan yang berkaitan adalah sangat rendah (0.029md) sampai tinggi
(919md). Sedangkan porositas terlihat dari pengamatan sayatan tipis batuan juga bervariasi berkisar
dari buruk (2%) sampai sempurna (32%). Porositas terukur pada core #3 dari sumur PB-2 didominasi
oleh porositas intercrystalline berkisar dari buruk (9.4%) sampai sempurna (30.3%), dengan porositas
rata-rata sangat bagus (24.2%). Hasil pengukuran permeabilitas secara umum sangat rendah; tetapi
pada conto 3275’ terukur permeabilitas sedang (80.7md).
Porositas terukur pada sumur PB-3 berkisar dari bagus (17.2%) sampai sempurna (36.2%), dengan
permeabilitas berkisar dari rendah (1.47md) sampai sedang (167md). Porositas terlihat dari pengamatan
sayatan tipis pada beberapa batuan berkisar dari 20% sampai 40%. Porositas terukur pada sumur PB-4
bervariasi berkisar dari sangat buruk (3%) sampai sempurna (35.3%), tetapi porositas rata-ratanya
sangat bagus (29.2%). Hasil pengukuran permeabilitas berkisar dari sangat rendah (0.003md) sampai
sedang (84.8md). Porositas terlihat dari pengamatan sayatan tipis batuan bervariasi berkisar dari nol
sampai 35%. Perbedaan antara porositas terukur dengan porositas terlihat pada pengamatan sayatan
tipis dapat dijelaskan dengan hadirnya porositas mikro yang berasosiasi dengan lumpur karbonat yang
tidak dapat dilihat pada sayatan tipis dengan mikroskop petrografi.
Sistem pori pada sumur PB-2 and PB-4 didominasi oleh porositas moldik, diikuti oleh jumlah
bervariasi dari porositas vuggy, interkristalin, interpartikel and porositas fracture. Porositas interpartikel
dominan di dalam fasies packstone pada sumur PB-3. Faktor-faktor utama diagenesa yang
meningkatkan porositas dan permeabilitas di dalam batugamping Formasi Baturaja bagian atas adalah
iii
pelarutan skeletal aragonit (koral), breksiasi dan perekahan (brecciation and fracturing), dan pelarutan
dari kalsit dengan membesarnya pori-pori dan melebarnya rekahan. Sebaliknya, faktor-faktor diagenesa
yang mengurangi porositas dan permeabilitas adalah pressure solution, runtuhnya (collapse) rongga
hasil pelarutan koral dan sementasi oleh kalsit.
Secara umum, kualitas reservoir batugamping Formasi Baturaja bagian atas, sebagian besar dipengaruhi
oleh diagenesa daripada oleh fasies. Akan tetapi, fasies berperanan dalam meningkatkan intensitas
diagenesa.