ABSTRAK PARAMITA WARDHANI 22018038
PUBLIC Dedi Rosadi COVER PARAMITA WARDHANI 22018038
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 1 PARAMITA WARDHANI 22018038
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 2 PARAMITA WARDHANI 22018038
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 PARAMITA WARDHANI 22018038
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 PARAMITA WARDHANI 22018038
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 5 PARAMITA WARDHANI 22018038
PUBLIC Dedi Rosadi DAFTAR PUSTAKA PARAMITA WARDHANI 22018038
PUBLIC Dedi Rosadi LAMPIRAN PARAMITA WARDHANI 22018038
PUBLIC Dedi Rosadi
Cekungan Natuna Barat merupakan salah satu cekungan sedimen yang sudah
terbukti secara sistem petroleum dan sangat prospektif sebagai target eksplorasi
hidrokarbon. Lapangan B, adalah salah satu lapangan awal yang dikembangkan di
Cekungan Natuna Barat, mulai dieksplorasi pada tahun 1989, lalu diproduksi tiga
tahun kemudian, dan sudah mencapai puncak produksinya pada tahun 1994.
Pada saat ini, Lapangan B tergolong sebagai lapangan mature dan beberapa usaha
perlu dilakukan untuk terus meningkatkan produksi hidrokarbon, seperti optimisasi
produksi dan pengeboran sumur sisipan. Dalam melakukan rencana pengeboran
sumur sisipan diperlukan beberapa langkah, salah satunya dengan meninjau
kembali lapisan-lapisan reservoir yang sudah diproduksi untuk mencari upside
potential dari formasi tersebut. Salah satu formasi target hidrokarbon utama yang
terus dievaluasi dari Lapangan B adalah reservoir sedimen klastik dari Formasi
Lower Arang.
Selama ini, batupasir reservoir Formasi Lower Arang diproduksi dengan asumsi
memiliki kesinambungan lateral dan vertikal yang baik dan litologi yang cenderung
homogen, tetapi data produksi lima tahun terakhir menunjukkan bahwa ada
reservoir-reservoir yang terpisah satu sama lain. Hal tersebut ditengarai disebabkan
oleh adanya heterogenitas litologi dan jenis fasies yang bervariasi. Oleh karena itu,
analisis fasies dan distribusi reservoir secara terperinci perlu dilakukan untuk lebih
memahami penyebaran dan geometri batupasir Formasi Lower Arang. Setelah
dilakukan analisis fasies dan distribusi reservoir, penentuan lokasi titik bor sisipan
di Formasi Lower Arang diharapkan menjadi lebih akurat.
Analisis fasies dilakukan di Formasi Lower Arang dengan cara mendeskripsikan
data inti batuan dan menghasilkan sembilan litofasies, yaitu: batulempung,
perlapisan batulempung dan batulanau, perlapisan batulanau dan batupasir
terbioturbasi, batupasir berbutir sangat halus terlaminasi, batupasir berbutir sangat
halus terbioturbasi, batupasir berbutir sedang sampai kasar, batupasir silang-siur,
batupasir berbutir sedang sampai kasar terlaminasi, dan batupasir batulanau
batulempung kaolin. Litofasies penyusun utama Formasi Lower Arang adalah batupasir sedang sampai kasar, batupasir silang-siur, dan batupasir sedang sampai
kasar terlaminasi. Analisis elektrofasies dan stratigrafi sikuen juga dilakukan untuk
mengetahui lingkungan pengendapan dari pola log dan bagaimana hubungannya
dengan posisi sumur. Analisis tersebut juga membagi Formasi Lower Arang
menjadi 5 (lima) zona, yaitu zona LA A, zona LA B, zona LA C, zona LA D, dan
zona LA E. Ketika hasil analisis litofasies, elektrofasies, dan stratigrafi sikuen
digabungkan dan ditambah dengan informasi biostratigrafi maka diketahui bahwa
Formasi Lower Arang berada pada sebuah lingkungan tide-influence estuary.
Dengan mempertimbangkan lingkungan pengendapan Formasi Lower Arang
adalah tide-influence estuary, maka dari hasil analisis litofasies dan elektrofasies
dapat disimpulkan bahwa Formasi Lower Arang tersusun menjadi enam asosiasi
fasies, yaitu: asosiasi fasies tidal sand ridge, asosiasi fasies mud flat, asosiasi fasies
tidal flat, asosiasi fasies marsh, asosiasi fasies UFR sand flat, dan asosiasi fasies
delta front. Masing-masing asosiasi fasies tersebut tersusun dari beberapa litofasies,
hal tersebut menunjukkan sifat heterogenitas dari Formasi Lower Arang.
Batupasir yang menjadi reservoir utama Formasi Lower Arang, tepatnya pada zona
LA B, LA C, dan sebagian pada LA A terdiri dari litologi batupasir berbutir sedang
sampai kasar dan tergolong ke dalam asosiasi fasies tidal sand ridge. Sementara itu
asosiasi marsh dan mudflat yang terdiri dari litologi batulempung dan batulanau
ternyata mendominasi zona LA D dan sebagian dari zona LA A. Dengan
mengetahui asosiasi fasies lingkungan pengendapan tide-influence dan
menggunakan geometri khas lingkungan tersebut pada saat simulasi pemodelan
fasies, maka akan menghasilkan sebuah model penyebaran fasies Formasi Lower
Arang dengan pemahaman yang lebih baik tentang distribusi fasies, heterogenitas
batuan penyusun, serta hubungan lateral dan vertikal antar asosiasi fasies dari
Lapangan B.