digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Cekungan Natuna Barat merupakan salah satu cekungan sedimen yang sudah terbukti secara sistem petroleum dan sangat prospektif sebagai target eksplorasi hidrokarbon. Lapangan B, adalah salah satu lapangan awal yang dikembangkan di Cekungan Natuna Barat, mulai dieksplorasi pada tahun 1989, lalu diproduksi tiga tahun kemudian, dan sudah mencapai puncak produksinya pada tahun 1994. Pada saat ini, Lapangan B tergolong sebagai lapangan mature dan beberapa usaha perlu dilakukan untuk terus meningkatkan produksi hidrokarbon, seperti optimisasi produksi dan pengeboran sumur sisipan. Dalam melakukan rencana pengeboran sumur sisipan diperlukan beberapa langkah, salah satunya dengan meninjau kembali lapisan-lapisan reservoir yang sudah diproduksi untuk mencari upside potential dari formasi tersebut. Salah satu formasi target hidrokarbon utama yang terus dievaluasi dari Lapangan B adalah reservoir sedimen klastik dari Formasi Lower Arang. Selama ini, batupasir reservoir Formasi Lower Arang diproduksi dengan asumsi memiliki kesinambungan lateral dan vertikal yang baik dan litologi yang cenderung homogen, tetapi data produksi lima tahun terakhir menunjukkan bahwa ada reservoir-reservoir yang terpisah satu sama lain. Hal tersebut ditengarai disebabkan oleh adanya heterogenitas litologi dan jenis fasies yang bervariasi. Oleh karena itu, analisis fasies dan distribusi reservoir secara terperinci perlu dilakukan untuk lebih memahami penyebaran dan geometri batupasir Formasi Lower Arang. Setelah dilakukan analisis fasies dan distribusi reservoir, penentuan lokasi titik bor sisipan di Formasi Lower Arang diharapkan menjadi lebih akurat. Analisis fasies dilakukan di Formasi Lower Arang dengan cara mendeskripsikan data inti batuan dan menghasilkan sembilan litofasies, yaitu: batulempung, perlapisan batulempung dan batulanau, perlapisan batulanau dan batupasir terbioturbasi, batupasir berbutir sangat halus terlaminasi, batupasir berbutir sangat halus terbioturbasi, batupasir berbutir sedang sampai kasar, batupasir silang-siur, batupasir berbutir sedang sampai kasar terlaminasi, dan batupasir batulanau batulempung kaolin. Litofasies penyusun utama Formasi Lower Arang adalah batupasir sedang sampai kasar, batupasir silang-siur, dan batupasir sedang sampai kasar terlaminasi. Analisis elektrofasies dan stratigrafi sikuen juga dilakukan untuk mengetahui lingkungan pengendapan dari pola log dan bagaimana hubungannya dengan posisi sumur. Analisis tersebut juga membagi Formasi Lower Arang menjadi 5 (lima) zona, yaitu zona LA A, zona LA B, zona LA C, zona LA D, dan zona LA E. Ketika hasil analisis litofasies, elektrofasies, dan stratigrafi sikuen digabungkan dan ditambah dengan informasi biostratigrafi maka diketahui bahwa Formasi Lower Arang berada pada sebuah lingkungan tide-influence estuary. Dengan mempertimbangkan lingkungan pengendapan Formasi Lower Arang adalah tide-influence estuary, maka dari hasil analisis litofasies dan elektrofasies dapat disimpulkan bahwa Formasi Lower Arang tersusun menjadi enam asosiasi fasies, yaitu: asosiasi fasies tidal sand ridge, asosiasi fasies mud flat, asosiasi fasies tidal flat, asosiasi fasies marsh, asosiasi fasies UFR sand flat, dan asosiasi fasies delta front. Masing-masing asosiasi fasies tersebut tersusun dari beberapa litofasies, hal tersebut menunjukkan sifat heterogenitas dari Formasi Lower Arang. Batupasir yang menjadi reservoir utama Formasi Lower Arang, tepatnya pada zona LA B, LA C, dan sebagian pada LA A terdiri dari litologi batupasir berbutir sedang sampai kasar dan tergolong ke dalam asosiasi fasies tidal sand ridge. Sementara itu asosiasi marsh dan mudflat yang terdiri dari litologi batulempung dan batulanau ternyata mendominasi zona LA D dan sebagian dari zona LA A. Dengan mengetahui asosiasi fasies lingkungan pengendapan tide-influence dan menggunakan geometri khas lingkungan tersebut pada saat simulasi pemodelan fasies, maka akan menghasilkan sebuah model penyebaran fasies Formasi Lower Arang dengan pemahaman yang lebih baik tentang distribusi fasies, heterogenitas batuan penyusun, serta hubungan lateral dan vertikal antar asosiasi fasies dari Lapangan B.