Selama beberapa tahun terakhir, perkotaan global, termasuk di Indonesia,
mengalami perkembangan cukup pesat diiringi adanya isu kebencanaan dan
lingkungan. Di Kota Bandung, penduduk berkembang dengan pesat di SWK
Arcamanik. Disisi lain, SWK Arcamanik memiliki risiko terhadap bencana alam
yang tinggi serta diarahkan untuk memiliki peran penjagaan ruang terbuka hijau
Kota Bandung yang saat ini jauh berada di bawah target. Adanya perkembangan
yang sangat dinamis memiliki risiko terhadap ancaman kebencanaan serta potensi
konflik dengan rencana yang ada, sehingga perlu diidentifikasi perkembangan
guna lahan dengan mempertimbangkan kebencanaan di SWK Arcamanik serta
implikasinya terhadap Rencana Detail Tata Ruang. Tren perkembangan guna
lahan dilihat dengan melakukan overlay pada peta tata ruang di dua tahun yang
berbeda. Kemudian untuk melihat perkembangan di masa depan, ditentukan faktorfaktor pendorong perubahan guna lahan pada setiap jenis zona dengan analisis
regresi logistik biner terhadap 16 faktor yang diduga berpengaruh. Faktor-faktor
tersebut akan dijadikan input untuk pemodelan spasial guna lahan di tahun 2034
menggunakan aplikasi LanduseSim dengan skenario tren dan skenario
mempertimbangkan bencana. Peta hasil proyeksi guna lahan tahun 2034 kemudian
dibandingkan dengan rencana pola ruang dan didapatkan ketidaksesuaian sebesar
37% jika dibandingkan dengan skenario tren serta 43% jika dibandingkan dengan
skenario yang mempertimbangkan bencana. Ketidaksesuaian yang cukup tinggi
menggambarkan rencana yang ditetapkan belum mempertimbangkan tren
perkembangan lahan serta ancaman kebencanaan yang ada. Untuk mewujudkan
perencanaan tata ruang SWK Arcamanik yang lebih berkelanjutan, diperlukan
perencanaan berbasis pemodelan spasial berdasarkan tren perkembangan dengan
mempertimbangkan risiko kebencanaan.