digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Afra Izzati Kamili
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Afra Izzati Kamili
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Afra Izzati Kamili
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Afra Izzati Kamili
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Afra Izzati Kamili
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Afra Izzati Kamili
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Afra Izzati Kamili
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN Afra Izzati Kamili
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

Selama beberapa tahun terakhir, perkotaan global, termasuk di Indonesia, mengalami perkembangan cukup pesat diiringi adanya isu kebencanaan dan lingkungan. Di Kota Bandung, penduduk berkembang dengan pesat di SWK Arcamanik. Disisi lain, SWK Arcamanik memiliki risiko terhadap bencana alam yang tinggi serta diarahkan untuk memiliki peran penjagaan ruang terbuka hijau Kota Bandung yang saat ini jauh berada di bawah target. Adanya perkembangan yang sangat dinamis memiliki risiko terhadap ancaman kebencanaan serta potensi konflik dengan rencana yang ada, sehingga perlu diidentifikasi perkembangan guna lahan dengan mempertimbangkan kebencanaan di SWK Arcamanik serta implikasinya terhadap Rencana Detail Tata Ruang. Tren perkembangan guna lahan dilihat dengan melakukan overlay pada peta tata ruang di dua tahun yang berbeda. Kemudian untuk melihat perkembangan di masa depan, ditentukan faktorfaktor pendorong perubahan guna lahan pada setiap jenis zona dengan analisis regresi logistik biner terhadap 16 faktor yang diduga berpengaruh. Faktor-faktor tersebut akan dijadikan input untuk pemodelan spasial guna lahan di tahun 2034 menggunakan aplikasi LanduseSim dengan skenario tren dan skenario mempertimbangkan bencana. Peta hasil proyeksi guna lahan tahun 2034 kemudian dibandingkan dengan rencana pola ruang dan didapatkan ketidaksesuaian sebesar 37% jika dibandingkan dengan skenario tren serta 43% jika dibandingkan dengan skenario yang mempertimbangkan bencana. Ketidaksesuaian yang cukup tinggi menggambarkan rencana yang ditetapkan belum mempertimbangkan tren perkembangan lahan serta ancaman kebencanaan yang ada. Untuk mewujudkan perencanaan tata ruang SWK Arcamanik yang lebih berkelanjutan, diperlukan perencanaan berbasis pemodelan spasial berdasarkan tren perkembangan dengan mempertimbangkan risiko kebencanaan.