Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang di dunia,
memiliki potensi besar dalam aspek sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan.
Namun, wilayah pesisir Indonesia sangat rentan terhadap bencana alam, terutama
tsunami, karena letak geografisnya yang berada di pertemuan empat lempeng
tektonik utama yang meningkatkan risiko gempa bumi yang dapat memicu
tsunami. Wilayah pesisir tetap penting secara strategis meskipun memiliki risiko
tinggi. Saat ini, metode penilaian kerentanan tsunami yang ada belum
mempertimbangkan aspek fisik pesisir secara komprehensif dan tidak sepenuhnya
diintegrasikan dalam dokumen perencanaan tata ruang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan model penilaian kerentanan tsunami yang lebih
komprehensif dan mengintegrasikannya ke dalam dokumen rencana tata ruang
untuk meningkatkan upaya mitigasi bencana di wilayah pesisir Indonesia,
khususnya di kawasan sekitar Bandara Internasional Yogyakarta. Penelitian ini
berfokus pada kawasan Aerotropolis di Kabupaten Kulon Progo, yang merupakan
salah satu Proyek Strategis Nasional Indonesia. Analisis dilakukan terhadap
berbagai aspek yang mempengaruhi kerentanan terhadap tsunami, termasuk aspek
fisik, bangunan/infrastruktur, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Penelitian
menggunakan pendekatan model penilaian kerentanan dengan variabel dan
indikator yang telah diidentifikasi melalui kajian literatur. Data yang digunakan
mencakup data spasial, observasi lapangan, dan dokumen rencana tata ruang.
Normalisasi data dilakukan dengan mengklasifikasikan data menjadi tiga kategori
kerentanan (rendah, sedang, dan tinggi) dengan nilai skala 1-3. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) aspek fisik menunjukkan luas kategori kerentanan
rendah mendominasi kawasan ini, menunjukkan karakteristik fisik yang tidak
terlalu rentan; (2) aspek bangunan/infrastruktur menunjukkan sebagian besar
kawasan memiliki bangunan dan infrastruktur yang tidak terlalu rentan; (3) aspek
ekonomi menunjukkan kategori kerentanan tinggi mendominasi kawasan ini,
menunjukkan kawasan dengan aktivitas ekonomi signifikan sangat rentan; (4)
aspek sosial menunjukkan kategori tidak rentan mendominasi kawasan ini, tetapi
terdapat area dengan kepadatan penduduk dan wisatawan yang tinggi; (5) aspek
lingkungan menunjukkan kategori kerentanan tinggi mendominasi kawasan ini,ii
menunjukkan pentingnya vegetasi sebagai proteksi alami. Integrasi penilaian
kerentanan tsunami dalam RDTR masih perlu ditingkatkan untuk mengurangi
risiko bencana di kawasan Aerotropolis Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini
memberikan dasar untuk pengembangan model penilaian kerentanan yang lebih
komprehensif dan integrasi yang lebih baik dalam perencanaan tata ruang untuk
meningkatkan upaya mitigasi bencana tsunami di Indonesia.