Berdasarkan Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) Tahun 2030, pemerintah
telah menargetkan pengguna kompor induksi adalah sebesar 19 juta pengguna.
Hal ini diwujudkan dengan diselenggarakannya program nyaman kompor induksi
yang bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk menggunakan kompor induksi
dengan meringankan biaya tambah daya jika membeli kompor induksi di pihak
yang bekerja sama dengan PLN. Program ini dinilai sejalan dengan arah kebijakan
energi Indonesia ke depan yaitu transisi energi yang lebih bersih, minim emisi,
dan ramah lingkungan. Penelitian ini berfokus pada bagaimana besaran dampak
emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan serta bagaimana potensi dan persepsi atas
kesediaan masyarakat dalam pengimplementasian program konversi kompor gas
menjadi kompor induksi pada lingkup rumah tangga di Kota Bandung. Penelitian
dilakukan dengan menganalisis secara deskriptif dan inferensial dari hasil
kuesioner serta menghitung besaran emisi GRK menggunakan metode IPCC 2006
dan faktor emisi USEPA dan intensitas emisi untuk pembangkit Jamali dari
RUPTL PLN. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 10% dari total responden telah
menggunakan kompor induksi, 65% lainnya menyatakan berminat untuk
menggunakan kompor induksi. Sisa 25% lainnya menyatakan akan tetap
menggunakan kompor gas. Keterjangkauan akses dan letak tempat servis konpor
induksi menjadi faktor pendorong utama dalam penggunaan kompor induksi,
diikuti oleh keterjangkauan biaya dan kelengkapan kompor induksi. Faktor utama
yang menyebabkan keraguan untuk menggunakan kompor induksi adalah
kekhawatiran akan adanya pemadaman listrik saat penggunaan kompor induksi.
Sedangkan nilai rata-rata penggunaan LPG per bulan per rumah tangga untuk
kelompok pendapatan rendah, menengah, dan atas sebesar 15kg; 13,11 kg; dan
11,93 kg. Selanjutnya dilakukan perhitungan emisi GRK yang dihasilkan dari 3
skenario konversi kompor gas menjadi kompor induksi berdasarkan hasil survei
minat penggunaan kompor induksi yakni untuk skenario I (BaU) sebesar 32.820-
35.147 tonCO2eq; skenario II (75% pengguna kompor induksi) sebesar 74.090-
90.964 tonCO2eq dengan peningkatan emisi sebesar 126%?167% terhadap
skenario I; dan skenario III (100% pengguna kompor induksi) sebesar 90.186-
112.732 tonCO2eq dengan peningkatan emisi sebesar 175%?232% terhadap
skenario I. Skenario I menghasilkan secara keseluruhan nilai emisi GRK terendah
dibandingkan dengan skenario lainnya.