digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pegagan (Centella asiatica L. Urban) termasuk dalam suku Apiaceae. Pegagan mengandung senyawa metabolit sekunder di antaranya asiatikosida dan madekasosida yang termasuk dalam senyawa pentasiklik triterpenoid saponin. Senyawa asiatikosida dan madekasosida memiliki prospek untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi obat karena aktivitas farmakologi yang telah dilaporkan, dan juga sebagai sumber bahan baku kosmetik serta pangan. Pemanenan tanaman pegagan diperoleh hanya dari habitat asalnya yang memerlukan waktu tumbuh relatif lama dan kandungan metabolit sekunder yang sedikit merupakan permasalahan dalam pemanfaatannya. Penelitian ini ditujukan untuk optimasi pertumbuhan dan produksi kandungan senyawa asiatikosida dan madekasosida melalui kultur kalus daun pegagan dengan penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan elisitor pada konsentrasi tertentu. Optimasi kultur kalus pada media padat MS dengan penambahan sukrosa, agar, ZPT (NAA, 2,4 D, kinetin, triptofan dan BAP), lalu disubkultur pada media padat serupa yang terelisitasi dengan pektin 50; 100; dan 200 mg/L dan ekstrak ragi 100 dan 400 mg/L. Pemanenan kalus dilakukan pada minggu ke-4 setelah elisitasi, lalu kalus dikeringkan dan diekstraksi untuk kemudiaan dilakukan analisis dengan metode KLT dan UPLC MRM MS/MS. Komposisi BAP 4 mg/L dan NAA 3 mg/L menjadi yang paling optimum untuk menginduksi pertumbuhan kultur kalus dengan elisitor pektin 200 mg/L. Melalui KLT, pada kalus dengan perlakuan elisitor tidak terdapat bercak senyawa asiatikosida dan madekasosida dengan jelas. Analisis dengan UPLC MRM MS/MS, menunjukkan bahwa senyawa asiatikosida terdeteksi pada elisitasi pektin 100 mg/L; pektin 200 mg/L; dan ekstrak ragi 400 mg/L sedangkan, senyawa madekasosida terdeteksi pada seluruh perlakuan kecuali pada elisitasi ekstrak ragi 100 mg/L. Elisitasi dengan ekstrak ragi dan pektin tidak memberikan perubahan signifikan terhadap optimasi kandungan senyawa asitikosida dan madekasosida pada pegagan.