digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2007 TA PP YASMINA YUSTIVIANI 1-COVER.pdf


2007 TA PP YASMINA YUSTIVIANI 1-BAB1.pdf

2007 TA PP YASMINA YUSTIVIANI 1-BAB2.pdf

2007 TA PP YASMINA YUSTIVIANI 1-BAB3.pdf

2007 TA PP YASMINA YUSTIVIANI 1-BAB4.pdf

2007 TA PP YASMINA YUSTIVIANI 1-BAB5.pdf

2007 TA PP YASMINA YUSTIVIANI 1-BAB6.pdf

2007 TA PP YASMINA YUSTIVIANI 1-PUSTAKA.pdf

Abstrak : Kain felt ditemukan delapan ribu lima ratus tahun yang lalu, secara tidak sengaja, yaitu alas penyumpal sepatu yang menjadi lembaran kain yang dihasilkan dari tekanan, kelembapan, dan panas. . Berbagai serat sintetis telah ditemukan untuk menggantikan peranan wol dalam proses pembuatan kain felt agar murah namun hal tersebut menyebabkan kain felt daya pakainya turun jadi craft felt bukan clothing felt lagi ( bahan pelindung tubuh ). Perkembangan kain felt di Indonesia pada bidang industri, kain ini memang banyak digunakan. Selain penggunaannya jarang, teknik pengolahannya pun kurang variatif dan belum optimal. Dari hasil angket pun hasilnya cukup mengagetkan karena hampir 70% tidak tahu perbedaan flanel dan felt, namanya pun tertukar. Kain felt yang kurang cocok dipakai di Indonesia karena : a. Karakteristik kain felt kurang cocok dengan kondisi geografis Indonesia secara umum, yaitu sifat kain yang hangat dan tidak tahan panas. b. Perolehan material ( serat wol ) yang sulit. c. Kain felt bukan berasal dari Indonesia ( dari benua Eurasia ) menyebabkan berkembangnya tidak optimal. Di Indonesia felt yang dijual di pasaran tebal dan sangat panas karena banyak terbuat dari serat sintetik. Hal ini membuat penjualan kain felt di Indonesia menurun dan menggunakannya sebagai bahan kerajinan saja. Apa bila pilihan wol yang baik, dan mengurangi penggunaan serat sintetik dan penggarapan desain felt yang bagus, akan menaikkan kualitas felt di Indonesia, khususnya pada musim seperti saat ini yaitu musim hujan. Mungkin dibuat seperti Jaket hujan, atau jaket panjang atau rok dsb.