Keamanan, efikasi, dan kualitas merupakan tiga aspek utama yang harus diperhatikan ketika suatu
obat akan diedarkan secara luas. Salah satu masalah utama dari keamanan obat adalah kejadian
efek samping obat (ESO) karena ESO menjadi salah satu penyebab morbiditas dan/atau mortalitas
paling umum, baik di rumah sakit maupun di lingkungan masyarakat. Maka, dibentuk sistem
farmakovigilans untuk melakukan pengawalan dan pemantauan aspek keamanan obat pada kondisi
yang sebenarnya. Namun, penerapan sistem farmakovigilans di Indonesia dan kontribusi tenaga
kesehatan dalam sistem tersebut masih tergolong rendah. Penelitian ini memiliki tujuan untuk
menganalisis tingkat pengetahuan dan sikap terkait farmakovigilans dan pelaporan ESO pada
mahasiswa bidang kesehatan tingkat sarjana di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan metode
observasional potong lintang dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh 326 responden. Hasil
penelitian menunjukkan 84,97% (n = 277) responden memiliki pengetahuan yang kurang baik dan
56,75% (n = 185) responden memiliki sikap yang positif terhadap farmakovigilans dan pelaporan
ESO. Terdapat perbedaan signifikan pada tingkat pengetahuan di kelompok program studi, tingkat
mahasiswa, dan pengalaman mengikuti pembelajaran farmakovigilans (p = 0,004; p = 0,036; p =
0,002). Sementara, terdapat perbedaan signifikan sikap pada kelompok pengalaman mengikuti
pembelajaran farmakovigilans (p = 0,001).