Divisi Detail Part Manufacturing di PT Dirgantara Indonesia (PTDI) merupakan divisi
yang bertanggung jawab untuk memastikan berbagai part pesawat dapat diproduksi
sesuai dengan jadwal produksi yang telah dirancang. Oleh karena itu, diperlukan mesin
produksi dengan tingkat kesiapan pakai yang tinggi sehingga dapat menurunkan
downtime. Dalam mencapai hal tersebut, diperlukan kegiatan pemeliharaan mesin
produksi. Saat ini, kebijakan pemeliharaan preventif diterapkan setiap 2000 dan 4000
jam untuk tiap mesin produksi. Mesin produksi yang dikaji dalam penelitian ini adalah
mesin Jobs sebagai salah satu mesin kritis di PTDI. Salah satu pertimbangannya adalah
mesin Jobs memiliki frekuensi kerusakan tertinggi selama tahun 2021 yaitu sebanyak 51
kerusakan. Tingkat kesiapan pakai mesin Jobs juga belum memenuhi target yang
ditetapkan yaitu 95%. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi dan optimisasi
kebijakan pemeliharaan saat ini untuk mesin Jobs di PTDI.
Evaluasi awal berupa pemodelan keandalan menggunakan data kerusakan mesin dengan
uji MIL-HDBK-189 dan model Crow. Hasil evaluasi menunjukkan laju kerusakan
mesin Jobs selama periode gabungan 2020 dan 2021 memiliki pola non-Homogenous
Poisson Process (NHPP) dengan nilai ???? = 2,1270 yang menandakan adanya
increasing failure rate (IFR). Artinya mesin telah memasuki masa wear-out atau akhir
usia pakai. Selanjutnya dilakukan optimisasi menggunakan kebijakan pemeliharaan
periodik dengan horizon waktu tak terbatas untuk menentukan interval waktu PM
optimal dengan perangkat lunak Mathcad.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan interval waktu PM optimal untuk mesin Jobs
setiap 1540 jam. Solusi ini mampu menurunkan ekspektasi biaya pemeliharaan per jam
sekitar 3,76% dari Rp24.470,00 menjadi Rp23.550,00. Solusi juga mampu
meningkatkan kesiapan pakai sekitar 7,962% yaitu dari 92,038% menjadi 99,999995%.