digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Rifky Nuraza Putra
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Rifky Nuraza Putra
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Rifky Nuraza Putra
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Rifky Nuraza Putra
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Rifky Nuraza Putra
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Rifky Nuraza Putra
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

Dengan tagline “Menghubungkan meja makan kosong dengan perut kosong,” LEO (nama samaran) menyediakan platform layanan makanan di mana pelanggan dapat memesan meja restoran dan mendapatkan diskon tepat waktu melalui yield management. Dengan membuat pelanggan makan di jam-jam sepi, restoran dapat menutup Sebagian dari biaya operasionalnya. Namun, bahkan dengan situasi yang tampaknya saling menguntungkan bagi semua stakeholder ini, LEO di Indonesia belum dapat sesukses mereka di 6 negara operasi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab rendahnya tingkat adopsi ini, serta solusi untuk lebih mendongkrak penjualan dan kinerja LEO Indonesia secara keseluruhan. Pengumpulan data dilakukan melalui desk research, studi sebelumnya dalam industri jasa makanan, kuesioner kepada pelanggan yang sudah ada dan calon pelanggan, wawancara dengan Country Lead dari LEO Indonesia, dan beberapa data internal terbatas dari perusahaan itu sendiri. Untuk melakukan analisa SWOT secara keseluruhan; Marketing Mix, PESTEL, 5 Forces, STP, dan 7Ps Porter adalah kerangka-kerangka yang digunakan untuk melakukan analisis internal dan eksternal terlebih dahulu. Hasilnya menunjukkan bahwa ada banyak kemungkinan perbaikan yang dapat dilakukan, baik dalam layanan, operasi, sumber daya manusia, dan pemasaran yang dilakukan oleh LEO. Analisis lebih mendalam dilakukan dengan menggunakan dua kerangka tematik, yaitu: 5 As Customer Path dan Integrated Marketing Communication. Ini mengungkapkan bahwa akar penyebab dari penurunan LEO setelah kesuksesan awal mereka, adalah fakta bahwa mereka terlalu fokus pada retensi pelanggan dan tidak cukup pada akuisisi pelanggan lagi. Setelah menemukan akar permasalahan, maka dibuatlah formulasi strategi dengan menggunakan Four Actions Framework (ERRC Grid), dan formulasi matriks TOWS. Kerangka kerja ini memberikan solusi untuk semua faktor yang disebutkan di atas, sambil lebih fokus pada strategi pemasaran LEO untuk meningkatkan kesadaran merek, tingkat adopsi, dan kinerja secara keseluruhan, karena layanan yang telah ditawarkan LEO berhasil sesuai dengan keinginan dan kebutuhan saat ini dan pelanggan potensial. Strategi implementasi solusi bisnis tersebut dilakukan untuk tahun kalender setahun berikutnya, dengan pertimbangan agar tidak melakukan perubahan besar yang akan membingungkan para pemangku kepentingan menjelang akhir tahun 2022.