digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengesahan Rencana Undang-Undang Ibu Kota Negara (RUU IKN) oleh DPR RI menjadi peresmian awal dalam usaha perpindahan IKN dari DKI Jakarta. Beberapa pertimbangan perpindahan tersebut diantaranya: peningkatan level kepadatan penduduk, ketimpangan kontribusi ekonomi daerah, krisis ketersediaan air, dan pesatnya konversi lahan yang dialami oleh Pulau Jawa. Hal tersebut menuntut daerah baru, khususnya wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang menjadi calon ibu kota harus memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, salah satunya ialah sektor energi. Perkiraan penambahan energi sebesar 1.555 MW dari kondisi eksisting salah satunya dapat ditempuh melalui pemanfaatan energi air dengan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Sebagai langkah transisi infrastruktur pembangkit berbasis EBT, hal ini sejalan dengan hasil KTT COP ke-26, Program Net Zero Emission Indonesia Road Map, dan KTT G-20 yang seluruhnya diikuti oleh Indonesia. Selain itu, rencana ini didukung dengan kondisi Indonesia yang menjadi salah satu negara dengan potensi ketersediaan air permukaan yang tinggi. Sehingga, kesiapan wilayah perlu dinilai melalui pengkajian lokasi potensial PLTA di Kalimantan Timur, khususnya WS Mahakam. Pengembangan metode kajian lokasi potensial dilakukan dengan menerapkan model berupa Soil and Water Assessment Tool (SWAT) yang menghubungkan nilai debit limpasan terhadap suatu kejadian hujan. Penggunaan tools berupa SWAT Weather Database dapat menyusun berbagai kombinasi basis data dengan komponen berupa: data satelit Climate Forecast System Reanalysis (CFSR) sebagai pemenuh klimatologi, data satelit Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM), dan data hujan observasi sebagai pemenuh nilai hujan. Hasil model tersebut dikalibrasikan terhadap data observasi lapangan untuk memperoleh nilai yang lebih dapat diandalkan. Analisis lokasi potensial didasarkan pada nilai debit, Digital Elevation Model (DEM), arah aliran, dan akumulasi aliran di wilayah kajian. Penerapan algoritma diversi yang menganalisis suatu lokasi diharapkan dapat melahirkan titik-titik potensial yang dapat menjadi sumber energi pembangkit listrik. Pemetaan ini juga menghadirkan aspek sosial berupa pertimbangan tata guna lahan guna menghindari konfrontasi penggunaan lahan seperti peruntukan kawasan lindung, daerah kependudukan, dan jalur transportasi air. Nilai potensi daya awal PLTM dan PLTMH yang berada di WS Mahakam adalah sebesar 6.471 MW dengan total lokasi sebanyak 3.160 titik. Setelah mengalami filtrasi terhadap beberapa aspek, nilai potensi akhir yang dimiliki adalah sebesar 114,39 MW dengan titik sebanyak 41 buah. Persebaran titik potensial cenderung berada di daerah hulu WS yang memiliki topografi dengan beda tinggi yang besar. Kedepannya, nilai potensi ini harus melalui kajian yang lebih dalam, terutama dalam penentuan debit pemanfaatan dan penggunaan data DEM yang memerlukan pendekatan terhadap observasi lapangan. Nilai ketidakpastian potensi tidak dapat ditentukan pada penelitian kali ini, dikarenakan keterbatasan data dan akses lapangan. Sehingga, penelitian ini dapat digunakan sebagai tahap pre-feasibility study yang menjadi gambaran awal nilai potensi tenaga air Mahakam WS.