Sungai Deli dengan panjang total sungai ± 72 km dan luas Daerah Aliran Sungai
(DAS) Deli ± 472 km2. Lokasi Sungai Deli terletak dikaki gunung Berastagi di
Kabupaten Karo dan bagian hilirnya bermuara di Selat Malaka. Berdasarkan studi
terdahulu data kejadian banjir Sungai Deli tercatat mempuyai masalah banjir yang
cukup serius. Daerah genangan banjir yang terjadi berada di Kota Medan. Letak
jantung Kota Medan yang dilintasi Sungai Deli menjadi penyebab terjadinya
banjir. Daerah genangan banjir yang tercatat, diantaranya Kecamatan Medan
Polonia, Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Barat.
Banjir di Kota Medan terjadi akibat Sungai Deli yang menyempit atau
pendangkalan sehingga kapasitasnya hanya mampu menampung sebesar 272.669
m3/det setara dengan debit hujan periode ulang 2 tahun. Besar kapasitas Sungai
Deli di Kecamatan Medan Polonia sebesar ± 207.335 m3/det, Kecamatan Medan
Maimun sebesar ± 242.913 m3/det, Kecamatan Medan Baru sebesar ± 255.954
m3/det, dan Kecamatan Medan Barat sebesar 272.836 m3/det. Sehingga ketika
debit melebihi 272.669 m3/det sungai deli akan meluap dan terjadi banjir. Namun
demikian standar Sungai Deli yang melintasi kota sesuai peraturan PUPR sungai
harus mampu menampung debit kala ulang 25 tahun. Oleh karena itu,
perencanaan pengendalian Sungai Deli dilakukan dengan menggunakan debit
banjir rencana pada kala ulang 25 tahun, yaitu sebesar 329.226 m3/det.
Pemodelan hidraulik Sungai Deli dengan menggunakan HEC-RAS 6.1 dimulai
dari bagian hulu sampai dengan bagian titik outlet kejadian banjir, dengan luas
catcment area 250.01 km2 sepanjang ± 45 km. Hasil penelusuran HEC-RAS
dengan debit banjir kala ulang 25 tahun menunjukkan besar debit inflow adalah
349.226 m3/det dan debit outflow adalah 322.200 m3/det, artinya hidrograf inflow
sampai outflow hanya mampu mereduksi debit puncak sebesar ±10%. Waktu
puncak (Tp) inflow 4 jam sampai outlet 5 jam, sehingga beda waktu hanya 1 jam,
artinya dengan waktu hanya 1 jam masyarakat tidak cukup mitigasi untuk terjadinya banjir. Oleh karena itu, banjir yang terjadi di Medan dikategorikan
mendadak, sehingga masyarakat harus aware atau siaga.
Alternatif penanggulangan yang dapat dilakukan melalui upaya struktural, antara
lain: pembangunan parapet atau tanggul pada sisi kanan dan kiri sungai,
melakukan normalisasi sungai guna memperbesar eksisting sungai, juga dapat
dibangun kolam retensi. Pada penelitian ini pemodelan penanggulangan banjir di
Medan dilakukan dengan pembangunan parapet atau tembok pengendali banjir.
Hasil tinggi parapet yang dibutuhkan saat debit banjir periode ulang 25 tahun
adalah setinggi 1 m hingga 4 m. Saat debit banjir periode ulang 5 tahun tinggi
parapet yang dibutuhkan adalah 0.5 m hingga 1.5 m. Debit banjir pada kala ulang
10 tahun tinggi parapet yang dibutuhkan adalah 0.5 m hingga 2.5 m.
Pembangunan parapet atau tembok pengendali banjir dibutuhkan juga tinggi
jagaan atau freeboard adapun guna tinggi jagaan adalah mencegah kenaikan muka
air yang melimpah ke tepi sungai. Tinggi jagaan atau freeboard pada pemodelan
ini adalah 0.5 m (minimal) hingga 1 m (maksimal).
Perpustakaan Digital ITB