digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sungai Deli dengan panjang total sungai ± 72 km dan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli ± 472 km2. Lokasi Sungai Deli terletak dikaki gunung Berastagi di Kabupaten Karo dan bagian hilirnya bermuara di Selat Malaka. Berdasarkan studi terdahulu data kejadian banjir Sungai Deli tercatat mempuyai masalah banjir yang cukup serius. Daerah genangan banjir yang terjadi berada di Kota Medan. Letak jantung Kota Medan yang dilintasi Sungai Deli menjadi penyebab terjadinya banjir. Daerah genangan banjir yang tercatat, diantaranya Kecamatan Medan Polonia, Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Barat. Banjir di Kota Medan terjadi akibat Sungai Deli yang menyempit atau pendangkalan sehingga kapasitasnya hanya mampu menampung sebesar 272.669 m3/det setara dengan debit hujan periode ulang 2 tahun. Besar kapasitas Sungai Deli di Kecamatan Medan Polonia sebesar ± 207.335 m3/det, Kecamatan Medan Maimun sebesar ± 242.913 m3/det, Kecamatan Medan Baru sebesar ± 255.954 m3/det, dan Kecamatan Medan Barat sebesar 272.836 m3/det. Sehingga ketika debit melebihi 272.669 m3/det sungai deli akan meluap dan terjadi banjir. Namun demikian standar Sungai Deli yang melintasi kota sesuai peraturan PUPR sungai harus mampu menampung debit kala ulang 25 tahun. Oleh karena itu, perencanaan pengendalian Sungai Deli dilakukan dengan menggunakan debit banjir rencana pada kala ulang 25 tahun, yaitu sebesar 329.226 m3/det. Pemodelan hidraulik Sungai Deli dengan menggunakan HEC-RAS 6.1 dimulai dari bagian hulu sampai dengan bagian titik outlet kejadian banjir, dengan luas catcment area 250.01 km2 sepanjang ± 45 km. Hasil penelusuran HEC-RAS dengan debit banjir kala ulang 25 tahun menunjukkan besar debit inflow adalah 349.226 m3/det dan debit outflow adalah 322.200 m3/det, artinya hidrograf inflow sampai outflow hanya mampu mereduksi debit puncak sebesar ±10%. Waktu puncak (Tp) inflow 4 jam sampai outlet 5 jam, sehingga beda waktu hanya 1 jam, artinya dengan waktu hanya 1 jam masyarakat tidak cukup mitigasi untuk terjadinya banjir. Oleh karena itu, banjir yang terjadi di Medan dikategorikan mendadak, sehingga masyarakat harus aware atau siaga. Alternatif penanggulangan yang dapat dilakukan melalui upaya struktural, antara lain: pembangunan parapet atau tanggul pada sisi kanan dan kiri sungai, melakukan normalisasi sungai guna memperbesar eksisting sungai, juga dapat dibangun kolam retensi. Pada penelitian ini pemodelan penanggulangan banjir di Medan dilakukan dengan pembangunan parapet atau tembok pengendali banjir. Hasil tinggi parapet yang dibutuhkan saat debit banjir periode ulang 25 tahun adalah setinggi 1 m hingga 4 m. Saat debit banjir periode ulang 5 tahun tinggi parapet yang dibutuhkan adalah 0.5 m hingga 1.5 m. Debit banjir pada kala ulang 10 tahun tinggi parapet yang dibutuhkan adalah 0.5 m hingga 2.5 m. Pembangunan parapet atau tembok pengendali banjir dibutuhkan juga tinggi jagaan atau freeboard adapun guna tinggi jagaan adalah mencegah kenaikan muka air yang melimpah ke tepi sungai. Tinggi jagaan atau freeboard pada pemodelan ini adalah 0.5 m (minimal) hingga 1 m (maksimal).