Didorong oleh kondisi kritis di Ibu Kota Jakarta seperti kemacetan lalu lintas,
penurunan permukaan tanah, polusi, banjir, dan penambahan kepadatan penduduk,
pada tahun 2022 telah ditetapkan Undang Undang Ibu Kota Negara tentang
pemindahan Ibu Kota DKI Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten
Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Akibatnya dalam waktu beberapa tahun
ke depan Daerah Aliran Sungai di IKN akan mengalami perubahan tata guna lahan
khususnya di Sungai Trunen, Sub Das Trunen. Kajian ini membahas tentang
pengaruh perubahan tata guna lahan akibat adanya pembangunan Ibukota Negara
Nusantara yang berakibat pada perubahan debit banjir sehingga perlu adanya
penelitian terhadap efek dari pemindahan ibukota negara tersebut dan
meminimalisir efek negatif apabila terjadi seperti potensi banjir. Analisis yang
dilakukan meliputi, analisis hidrologi, analisis pasang surut dan analisis hidrolika.
Permodelan Debit Banjir Rencana menggunakan HEC-HMS dengan kalibrasi debit
Qbankfull. Permodelan banjir dengan menggunakan HEC-RAS dmodel 1-D dan 2-
D dengan menggunakan debit kala ulang 100 tahun sebagai batas hulu dan HWL
pasang surut sebagai batas hilir dari pemodelan. Permodelan sedimen dilakukan
dengan quasi unsteady flow dan rating curve sedimen pada batas hulu serta
hidrograf pasang surut sebagai batas hilir. Pemodelan banjir dan sedimen dilakukan
dengan beberapa skenario kombinasi antara debit, geometri dan bangunan
pengendali banjir berupa kolam retensi, normalisasi, tanggul dan groundsill. Luaran
yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa pengaruh perubahan tata guna lahan
akibat adanya pembangunan IKN terhadap debit banjir, kecepatan aliran, dan
bagaimana perubahan dasar sungai yang terjadi sebelum dan setelah adanya
bangunan pengendali banjir. Berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan,
perubahan tata guna lahan mengakibatkan perubahan nilai CN yaitu dari 78.3
menjadi 83.9 serta perubahan debit banjir periode ulang 2 tahun dari 67.6 m3/s
menjadi 83.4 m3/s dan perubahan debit banjir periode ulang 100 tahun dari 270.1
m3/s menjadi 301.8 m3/s. Dalam pemodelan banjir digunakan periode ulang 100
tahun dan terjadi limpasan rata rata antara 0.5-2 m pada kondisi eksisting. Dalam
pemodelan sedimen terjadi degradasi rata rata sebesar 15.8 cm/tahun. Dari hasil
tersebut diusulkan alternatif 9 dimana terdapat bangunan kolam retensi, normalisasi
dan pelebaran sungai, tanggul, dan 6 bangunan groundsill sehingga mampu
menurunkan tinggi muka air rata-rata sebesar ± 31 cm, menurunkan rata-rata
kecepatan aliran sebesar ± 0.36 m/s, penurunan rata-rata degradasi dasar salura
sebesar ± 13.4-13.9 cm/tahun dan mengurangi laju erosi sebesar ± 2.42 ton/hari.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan
dalam pengambilan keputusan terkait penanggulangan banjir dan sedimentasi/erosi
di Sungai Trunen sehingga dapat mengurangi dampak negatif yang mungkin akan
terjadi di wilayah tersebut.