digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Finka Lidya Wati
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Finka Lidya Wati
PUBLIC Latifa Noor

COVER Finka Lidya Wati
EMBARGO  2025-03-06 

BAB1 Finka Lidya Wati
EMBARGO  2025-03-06 

BAB2 Finka Lidya Wati
EMBARGO  2025-03-06 

BAB3 Finka Lidya Wati
EMBARGO  2025-03-06 

BAB4 Finka Lidya Wati
EMBARGO  2025-03-06 

BAB5 Finka Lidya Wati
EMBARGO  2025-03-06 

Pati terdiri atas amilosa dan amilopektin. Pati dapat dimodifikasi menggunakan pendekatan nonkovalen melalui pembentukan kompleks antara amilosa dengan suatu senyawa hidrofobik seperti sitronelal. Amilosa dan sitronelal membentuk suatu kompleks inklusi dengan struktur heliks tunggal. Perubahan struktur tersebut menghambat proses hidrolisis amilosa sehingga mengubah pati menjadi pati lambat cerna (slowly digestible starch, SDS). SDS sangat baik digunakan sebagai sumber karbohidrat karena dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan obesitas. Pada penelitian ini, pati dari singkong diisolasi dengan persen perolehan 17,4% (b/b). Pembuatan kompleks inklusi dilakukan dengan mereaksikan pati dan sitronelal pada suhu 85 °C selama 2 jam dengan variasi konsentrasi sitronelal 3%, 5%, 7%, dan 9% (b/b terhadap berat pati). Kompleks yang diperoleh kemudian dikarakterisasi menggunakan FTIR (Fourier-Transform Infrared), UV-Vis (Ultraviolet-Visible), XRD (X-Ray Diffraction), SEM (Scanning Electron Microscopy), dan TGA (Thermogravimetric Analysis). Karakterisasi FTIR menunjukan vibrasi dari sitronelal tidak lagi muncul pada spektrum kompleks yang mengindikasikan sitronelal berada di dalam kanal amilosa. Spektrum UV-Vis sitronelal menunjukan puncak pada panjang gelombang 278–332 nm yang tidak lagi ditemukan pada spektrum kompleks. Pada difraktogram kompleks ditemukan puncak pada 2? 13o, 18o, dan 20o, yang menunjukan terbentuknya struktur heliks tunggal V7-amilosa. Mikrograf SEM menunjukan adanya perbedaan morfologi antara pati dan kompleks inklusi. Selain itu, hasil karakterisasi TGA menunjukan bahwa kompleks pati–sitronelal memiliki profil degradasi termal yang berbeda dibanding pati murni dan sitronelal murni. Berdasarkan karakterisasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan kompleks inklusi pati–sitronelal berhasil terbentuk. Uji degradasi enzimatis menggunakan enzim ?-amilase menunjukan kompleks inklusi memiliki ketahanan cerna 7,8–24,2 % lebih tinggi daripada pati murni.