BAB 1 Syafira Rizka Kurniawati
EMBARGO  2030-12-31 
EMBARGO  2030-12-31 
BAB 2 Syafira Rizka Kurniawati
EMBARGO  2030-12-31 
EMBARGO  2030-12-31 
BAB 3 Syafira Rizka Kurniawati
EMBARGO  2030-12-31 
EMBARGO  2030-12-31 
BAB 4 Syafira Rizka Kurniawati
EMBARGO  2030-12-31 
EMBARGO  2030-12-31 
BAB 5 Syafira Rizka Kurniawati
EMBARGO  2030-12-31 
EMBARGO  2030-12-31 
PUSTAKA Syafira Rizka Kurniawati
EMBARGO  2030-12-31 
EMBARGO  2030-12-31 
Saat ini, sekitar 90% dari proses ekstraksi emas di dunia dilakukan melalui proses sianidasi. Kemudahan pengaplikasian sianida pada bijih emas menyebabkan proses sianidasi banyak digunakan di industri pertambangan dan ekstraksi emas dari bijih. Sementara itu, proses sianidasi turut menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan sehingga limbah proses sianidasi perlu diolah melalui proses pengendapan padatan tersuspensi (TSS) dan destruksi sianida sebelum dapat dialirkan ke lingkungan. Umumnya, proses di industri menggunakan koagulan dan flokulan untuk mengendapkan TSS dan reagen kimia untuk mendestruksi sianida. Namun, untuk pengadaan reagen kimia membutuhkan biaya operasi yang tinggi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai alternatif reagen untuk mengendapkan TSS dan mendestruksi sianida pada limbah metalurgi hasil proses sianidasi dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme.
Pada penelitian ini, dilakukan serangkaian percobaan dilakukan untuk mengoptimalkan proses pengendapan (bioflokulasi) TSS dan destruksi (bioremediasi) sianida menggunakan bakteri. Eksperimen dimulai dengan melakukan percobaan pendahuluan untuk menyeleksi bakteri serta waktu pengamatan optimum yang akan digunakan pada percobaan inti. Percobaan pendahuluan dilakukan sebanyak dua tahap. Pada seleksi tahap pertama dilakukan pengujian dengan metode one-stage sedangkan pada seleksi tahap kedua dilakukan pengujian dengan metode two-stage serta dengan pencampuran (mixing) kultur bakteri. Selanjutnya dilakukan percobaan inti dengan dengan melakukan variasi dengan variabel pH media kultur, konsentrasi molase, dan waktu kultur bakteri. Variasi variabel dilakukan untuk menentukan kondisi paling optimal dalam proses bioremediasi sianida dan bioflokulasi TSS.
Hasil penelitian menunjukkan kecepatan pengendapan dan laju degradasi sianida tertinggi dicapai pada saat kondisi variabel konsentrasi molase 15 g/L, pH media 10, dan waktu kultur 72 jam dengan dosis bakteri yang ditambahkan sebesar 15% (v/v) dalam gelas ukur 100ml. Kecepatan pengendapan yang diperoleh pada kondisi tersebut adalah 11,831 ppm/menit dan untuk laju degradasi sianida sebesar 0,9509 ppm/jam serta pH akhir larutan sebesar 7,15.