digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tahun 2020 merupakan salah satu masa tergelap bagi perusahaan migas dunia, karena harga minyak dunia sempat menyentuh titik terendahnya dalam 15 tahun terakhir. Pada tahun 2022, kondisi ini mulai menunjukkan perubahan. Dari analisis PESTEL dan Porter Five Forces untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik tentang situasi bisnis saat ini, ditemukan bahwa ada lebih banyak sentimen positif daripada sentimen negatif pada periode ini. Salah satunya adalah pemulihan ekonomi dunia setelah wabah Covid-19 dan ditambah dengan embargo minyak Rusia yang diprediksi membuat harga minyak dunia akan berada pada posisi tinggi setidaknya selama 5 tahun ke depan. Situasi saat ini adalah momentum dan kesempatan yang baik bagi semua perusahaan minyak dunia untuk mendapatkan profit sebesar-besarnya. Saat peluang bisnis terbuka lebar, sayangnya PT Pertamina EP Jatibarang Field tidak dalam kondisi optimal dikarenakan terkendala tidak tercapainya target produksi minyak. Salah satu permasalahannya adalah pompa HPU sewa yang menunjukkan penurunan kinerja dalam beberapa tahun terakhir. Akar penyebabnya adalah masalah teknis dari perusahaan sewa HPU saat ini, ddapatkan dari analisis tulang ikan dan FMEA. Selain itu, kontrak sewa HPU akan berakhir pada Juli 2023. Ada dua alternatif yang diusulkan untuk meningkatkan kinerja produksi sumur HPU eksisting. Pertama yaitu dengan kembali melakukan kontrak sewa namun dengan spesifikasi HPU yang diperketat dan alternatif kedua adalah membeli SRP dan mengoperasikannya secara mandiri. Hasil analisis buy vs lease didapatkan bahwa harga sewa HPU lebih mahal 7,96% jika dibandingkan dengan pembelian SRP. Nilai wajarnya adalah Rp 3.099.394, nilai ini sebagai nilai maksimum jika perusahaan memilih opsi sewa. Jika tidak ada peserta tender yang menawarkan nilai sewa lebih rendah dari nilai tersebut, disarankan perusahaan memilih opsi beli SRP. Opsi ini akan menghasilkan NPV sebesar Rp. 108,791,789,979 dan IRR sebesar 217%. Berdasarkan hasil analisis risiko, probabilitas kegagalan proyek pembelian ini cukup rendah. Probabilitas NPV < Rp. 5 miliar hanya 0,93%, sedangkan probabilitas tertinggi untuk nilai NPV berada pada range Rp. 60-160 miliar