digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Khairunissa Ainun
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Khairunissa Ainun
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Khairunissa Ainun
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Khairunissa Ainun
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Khairunissa Ainun
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 4 Khairunissa Ainun
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 5 Khairunissa Ainun
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Khairunissa Ainun
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

Produksi biji kakao sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam penyerbukan, sehingga peranan serangga penyerbuk sangat dibutuhkan. Kehadiran serangga penyerbuk sangat dipengaruhi oleh keadaan kondisi pertanaman diantaranya adalah karena faktor kerapatan kanopi. Kerapatan kanopi pada pertanaman kakao dapat berbeda dikarenakan pada sistem budidaya kakao manajemen tajuk sangat diperlukan. Manajemen tajuk dalam sistem budidaya kakao bertujuan untuk melakukan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serta merangsang pembungaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dampak dari kerapatan kanopi terhadap kehadiran serangga pengunjung serta keberhasilan polinasi serangga terhadap pembentukan biji kakao. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2020 serta April- Juli 2021 di perkebunan kakao PT Pasir Ucing Timur, Jawa Barat. Pengamatan dilakukan sejak fase pembungaan (n=375) hingga pembentukan biji pada 45 pohon. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: (1) polinasi serangga, (2) hand pollination dan (3) polinasi sendiri. Pada polinasi serangga dilakukan pengamatan keragaman serangga pengunjung, perilaku hinggap serta faktor lingkungan penunjang. Pengamatan keragaman menggunakan metode scan sampling serta koleksi serangga dengan menggunakan metode removal untuk diidentifikasi di laboratorium. Pengamatan perilaku hinggap dilakukan dengan mengamati durasi hinggap serta lokasi hinggap serangga pada bunga. Metode removal dilakukan kembali untuk mengetahui jumlah muatan polen pada serangga. Pengamatan pada percobaan handpollination dan penyerbukan sendiri dilakukan sampai minggu ke-7 dengan memanen buah yang terbentuk untuk membandingkan keberhasilan polinasi secara alami oleh tanaman, bantuan manusia serta bantuan serangga dengan melihat ukuran buah dan jumlah biji yang terbentuk. Hasil pengamatan kunjungan menunjukkan terdapat sebanyak 112 individu yang terbagi dalam kedalam empat ordo. Terdapat 61 individu mengunjungi plot kakao kanopi terbuka dan 51 individu mengunjungi plot kakao kanopi rapat. Berdasarkan hasil indeks keragaman (H’) menunjukan pada kanopi terbuka dan kanopi rapat tidak memiliki perbedaan dengan nilai masing-masing 1.46 dan 1.08 secara berurutan. Namun, pada indeks kemerataan terdapat perbedaan pada kedua jenis kanopi yang menunjukan bahwa terdapat spesies yang mendominasi pada kanopi rapat (E=1) dibandingkan dengan kanopi rapat (E?0). Berdasarkan hasil frekuensi kunjungan didapati bahwa terdapat perbedaan nyata (P<0.05) kunjungan spesies Oecophylla smaragdina dan Dolichoderus thoracicus pada dua jenis kanopi tanaman kakao. Spesies O. smaragdina didapati memiliki frekuensi kunjungan hampir 2 kali lebih tinggi dibandingkan D. thoracicus pada kanopi terbuka sedangkan pada kanopi rapat terjadi sebaliknya. Pada uji perilaku didapati bahwa spesies Forcipomyia sp. dan D. thoracicus melakukan polinasi dengan hinggap di putik dan anther bunga kakao dengan rata-rata muatan polen yang terhitung pada Forcipomyia sp. sebesar 1.171,87±302,58 butir/ml dan D. thoracicus sebesar 545,50±243,50 butir/ml. Berdasarkan tiga jenis polinasi, hasil menunjukan bahwa hand-pollination menghasilkan buah lebih banyak dengan persentase 10,40% dibandingkan dengan polinasi serangga sebanyak 7,20% dan polinasi sendiri sebanyak 1,60%. Meskipun hasil buah pada hand-pollination (32,80 ± 1,85 biji/buah) lebih banyak namun pembentukan biji kakao tidak berbeda nyata dengan polinasi serangga (37,20± 1,85) dan berbeda nyata dengan penyerbukan sendiri (26,50±1,50 biji/buah). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kondisi kanopi dapat mempengaruhi keberhasilan polinasi secara tidak langsung dengan meningkatkan kelimpahan jenis serangga pollinator. Kemudian, peran serangga polinator lebih efisien dibandingkan dengan metode polinasi lain pada kondisi kanopi kakao yang rapat.