Usaha untuk mengendalikan, mengelola, dan mengatur penggunaan air sudah dan terus berlangsung sejak awal kehidupan manusia berkumpul dan bermukim. Namun, tata kelola sumber daya air yang terintegrasi baru mulai dirumuskan sekitar pertengahan abad 20. Pada umumnya tata kelola yang terintegrasi menghadapi tantangan dari faktor fisik dan iklim, ekonomi, sosial, maupun budaya. Dalam faktor-faktor ini hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain terbentuk, menghasilkan kompleksitas yang sulit untuk dikelola. Banyak dari pendekatan struktural pada penelitian tata kelola sumber daya air hanya berfokus pada desain atau bentuk yang berasal dari keputusan kolektif, kurang memperhatikan proses dinamis dari pembentukan tata kelola yang dihasilkan oleh tindakan yang mungkin saling berbeda dan terkait. Dengan menggunakan metode praktik assemblage dan studi kasus tata kelola yang ada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, penelitian ini mencoba untuk menelaah proses perubahan bentuk tata kelola sumber daya air yang terjadi secara dinamis pada rentang waktu selama 12 tahun terakhir. Penelitian ini menemukan ragam relasi antar aktor, baik aktor yang terlibat dalam struktur formal maupun kelompok-kelompok masyarakat dengan keterlibatannya secara informal. Adapun ragam relasi tersebut diantaranya termasuk elemen diskursus, kerangka pengetahuan, peraturan, dan kepentingan yang memiliki andil dalam melatarbelakangi aktor-aktor dalam bertindak. Dalam hal ini ditemukan beberapa aktor pernah mengalami disassemble, disebabkan oleh ketidaksepakatan pada cara atau pendekatan yang digunakan. Namun, assemblage baru terbentuk dari para aktor tersebut sebagai pengaruh dari ketersediaan peraturan setingkat presiden. Artinya, suatu assemblage berpotensi untuk saling pisah, akan tetapi dalam hal tata kelola DAS Citarum ditemukan kesinambungan antar assesmblage yang tergabung dengan tujuan yang sama lintas waktu, yaitu perbaikan dan pelestarian DAS.