ABSTRAK JOSEPHINE FEBRIYANTI
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi COVER_JOSEPHINE FEBRIYANTI
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi
BAB I _JOSEPHINE FEBRIYANTI
Terbatas Lili Sawaludin Mulyadi
» ITB
Terbatas Lili Sawaludin Mulyadi
» ITB
BAB II_JOSEPHINE FEBRIYANTI
Terbatas Lili Sawaludin Mulyadi
» ITB
Terbatas Lili Sawaludin Mulyadi
» ITB
BAB III_JOSEPHINE FEBRIYANTI
Terbatas Lili Sawaludin Mulyadi
» ITB
Terbatas Lili Sawaludin Mulyadi
» ITB
BAB IV_JOSEPHINE FEBRIYANTI
Terbatas Lili Sawaludin Mulyadi
» ITB
Terbatas Lili Sawaludin Mulyadi
» ITB
BAB V_JOSEPHINE FEBRIYANTI
Terbatas Lili Sawaludin Mulyadi
» ITB
Terbatas Lili Sawaludin Mulyadi
» ITB
BAB VI_JOSEPHINE FEBRIYANTI
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi DAFTAR PUSTAKA_JOSEPHINE FEBRIYANTI
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi
Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang dengan pemanfaatan terbesar pada
provinsi Jawa Barat hingga DKI Jakarta. DAS Citarum Hilir dengan luas 175.382
ha menjadi salah satu wilayah tampungan WS Citarum yang pengalirannya meliputi
Bendung Curug, Saluran Tarum, sungai utama, hingga bermuara di Laut Jawa.
Seiring berjalannya waktu, terjadi kenaikan tingkat kebutuhan air yang tidak sejalan
dengan penurunan ketersediaan air. Peninjauan keseimbangan neraca dan alokasi
air menjadi acuan penting dalam pengelolaan sumber daya air suatu DAS.
Penelitian ini dilakukan dengan meninjau kebijakan rencana alokasi air tahunan
(RAAT) 2023-2024 sebagai dasar pemodelan debit aliran DAS Citarum Hilir
menggunakan program WEAP. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
ketersediaan air tahunan sebesar 217–474,2 m3
/s yang utamanya bersumber dari
aliran sungai utama, sedangkan rata-rata kebutuhan air eksisting tahunan adalah
182–185,6 m3/s dengan 63,3% digunakan untuk sektor irigasi. Pada skenario 10
tahun mendatang, terjadi penurunan kebutuhan air irigasi sebesar 3,3 m3
/s dan
peningkatan kebutuhan PDAM-Industri sebesar 5,8 dan 1,8 m3
/s. Neraca air pada
variasiskenario menunjukkan pada tahun kering terjadi 70,8–54,2% kondisi surplus
dan 29,2–45,8% kondisi defisit dengan tingkat keandalan sektor industri yang
belum memenuhi nilai minimum 90% pada sejumlah skenario. Hasil kalibrasi
menunjukkan pemodelan WEAP memiliki nilai NSE 0,34-0,68, koefisien korelasi
0,91-0,92, dan koefisien determinasi 0,83-0,84 terhadap nilai debit observasi di PDA Tanjungpura.