Sedimentasi merupakan salah satu permasalahan banjir yang terjadi di area Majalaya,
Kabupaten Bandung. Menjadi daerah industri tekstil yang maju dengan cepat, area
tersebut terus mengalami peningkatan penduduk. Pada Area tersebut dilewati oleh
sungai terbesar di Jawa Barat yakni Sungai Citarum. Area ini juga terletak di sebelah
tenggara cekungan Bandung dimana lokasi ini sangat rentan dengan adanya banjir.
Banjir terjadi selalu mengakibatkan kerugian fisik dan ekonomi serta berdampak
jangka panjang terhadap lingkungan di area tersebut.
Normalisasi Sungai yang dilakukan pada ruas Sungai Citarum, Area Majalaya pada
tahun 2020 merupakan salah satu bentuk upaya mengantisipasi banjir yang sering
terjadi di area tersebut. Tujuan mengupayakan kapasitas tampungan sungai agar
dapat mengakomodir debit aliran yang masuk ke sungai maka dilakukan normalisasi
dengan pengerukan sedimen oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum.
Hasil dari pengerukan yang terjadi memberi hasil banjir yang tidak terjadi di tahun
pertama setelah pengerukan terjadi namun ruas sungai mengalami peningkatan
sedimentasi yang lebih tinggi pada tahun 2022 sehingga banjir besar kembali terjadi
pada 26 April 2023 dengan luas area genangan banjir yaitu 227,86 Ha.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pola sebaran distribusi angkutan sedimen
yang terjadi di ruas sungai Citarum area Majalaya dengan panjang 1.2 Km
berdasarkan pengaruh yang ditimbulkan dari aktivitas normalisasi yang pernah
dilakukan di Majalaya sehingga dapat memberi gambaran terkait pendistribusian
sedimen di area tersebut baik itu sedimen muatan layang (Suspended Load) maupun
muatan dasar (Bed Load). Penelitian dilakukan dimulai dengan melakukan studi
literatur dari berbagai sumber dan hasil penelitian terdahulu sehingga didapatkan
data sekunder yakni Data Topografi dan Data Nilai Besaran Erosi yang terjadi di
DAS Citarum Area Majalaya. Data ini di lakukan pengolahan yang menghasilkan
besar nilai Sediment Delivery Ratio (SDR) sebesar 0.0829 dan dari nilai ini dihitung
besaran Sediment Yield sebesar 17.03 ton/kmĀ²/tahun.
Selain itu, dalam penelitian ini dilakukan observasi lapangan secara langsung untuk
mendapatkan beberapa data yang baik kecepatan aliran maupun data pengambilan
sedimen muatan layang dan muatan dasar. Untuk muatan dasar juga dilakukan
khusus menggunakan alat ukur Helley-Smith Sampler untuk menentukan laju muatan
dasar. Hasil dari penelitian ini berupa besaran distribusi Angkutan sedimen pada ruas
terukur dan perbandingan dari perhitungan secara empris berdasarkan beberapa
metode perhitungan angkutan sedimen.