digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Rifqi Naufal Harnendy
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Rifqi Naufal Harnendy
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Rifqi Naufal Harnendy
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Rifqi Naufal Harnendy
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Rifqi Naufal Harnendy
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Rifqi Naufal Harnendy
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Dalam penambangan batuan, proses pemberaian batuan memiliki berbagai macam metode, salah satunya adalah peledakan. Pengeboran dan peledakan merupakan metode yang paling efektif untuk membongkar dan memberaikan batuan dalam volume yang besar jika dilakukan dengan benar. Umumnya, bahan peledak yang digunakan adalah bahan peledak berbahan dasar amonium nitrat (AN). Bahan peledak ini memiliki kelemahan mudah bereaksi dengan batuan samping yang mengandung mineral sulfida, sehingga ketika lubang ledak dengan batuan mengandung mineral sulfida diisi bahan peledak AN, AN akan terdekomposisi, menaikkan suhu di sekitar lubang ledak, dan menyebabkan terjadinya peledakan dini (premature detonation). Reaksi tersebut dikenal dengan kondisi reactive ground. Metode yang telah umum digunakan untuk menentukan kereaktifan batuan jika direaksikan dengan AN adalah metode uji chemical compatibility. Australian Explosives Industry and Safety Group telah mengembangkan tes laboratorium yang dapat dilakukan yaitu Isothermal Reactive Ground Test. Salah satu faktor yang memengaruhi kereaktifan batuan adalah kandungan air. Kandungan air yang tepat akan menjadi media reaksi – reaksi yang terjadi namun jika terlalu sedikit atau terlalu banyak maka reaksi – reaksi yang terjadi akan terhambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan air terhadap kereaktifan batuan mengandung mineral sulfida ketika direaksikan dengan AN. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hubungan kandungan air dengan kereaktifan batuan adalah semakin banyak kandungan air di dalam batuan maka kereaktifan batuan semakin menurun.