Kota Bandung telah mengalami perkembangan sejak pembentukannya hingga kini
yang terlihat wujudnya di wilayah Bandung Timur sebagai wilayah perluasannya.
Upaya mendorong dan memprioritaskan pengembangan wilayah Bandung Timur
serta penetapan PPK Gedebage telah dicantumkan dalam RTRW Kota Bandung
tahun 2011-2031 yang juga dimuat dalam RPJMD Kota Bandung tahun 2018-2023
agar dapat mengurangi beban pelayanan PPK Alun-Alun di wilayah Bandung
Barat. Dalam tujuan penataan ruang RDTR Kota Bandung tahun 2015-2035
dijelaskan bahwa setiap SWK telah mengimplementasikan konsep city branding
yang dapat digunakan sebagai acuan penataan dan perwujudan ruang sekaligus
meningkatkan daya saing. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja
city branding antara wilayah Bandung Timur sebagai wilayah yang didorong
pembangunannya dengan wilayah Bandung Barat sebagai wilayah yang
dikendalikan pembangunannya. Berdasarkan konsep city branding yang
menekankan adanya partisipasi masyarakat yang tinggal di kota tersebut serta
perkembangan PPGIS dan big data crowdsourcing dalam perencanaan, penelitian
ini menggunakan data POI OSM dan geolocated tweet yang merepresentasikan
aspek fungsional dan persepsi masyarakat. Metode analisis yang dilakukan adalah
mixed method melalui pendekatan evaluasi semu dan acuan kerangka city branding
evaluative framework. Hasil analisis memperlihatkan kinerja city branding SWK di
wilayah Bandung Barat yang secara umum telah memiliki keunikan dari identitas
aspek fungsional dan lokasi tweet yang memberikan persepsi terkait brand
meskipun citra kota dalam bentuk sentimen masyarakat terhadap seluruh topik
brand masih bermakna negatif. Implementasi city branding di wilayah Bandung
Barat lebih unggul dibandingkan wilayah Bandung Timur yang masih berproses
untuk menciptakan identitas aspek fungsionalnya yang sejalan dengan upaya
meningkatkan perwujudan tata ruang sehingga pembangunan ke depannya dapat
berpotensi meningkatkan daya tarik kota. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan
implementasi city branding perlu pertimbangan kembali terkait tujuan dan
identitas brand secara partisipatif yang dilanjutkan dengan peningkatan kualitas
pelayanan agar dapat menarik masyarakat.