ABSTRAK Istyana Hadiyanti
PUBLIC Alice Diniarti COVER Istyana Hadiyanti
PUBLIC Alice Diniarti BAB 1 Istyana Hadiyanti
PUBLIC Alice Diniarti BAB 2 Istyana Hadiyanti
PUBLIC Alice Diniarti BAB 3 Istyana Hadiyanti
PUBLIC Alice Diniarti BAB 4 Istyana Hadiyanti
PUBLIC Alice Diniarti BAB 5 Istyana Hadiyanti
PUBLIC Alice Diniarti BAB 6 Istyana Hadiyanti
PUBLIC Alice Diniarti BAB 7 Istyana Hadiyanti
PUBLIC Alice Diniarti PUSTAKA Istyana Hadiyanti
PUBLIC Alice Diniarti
Keselamatan merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan dalam perencanaan
jalan, terutama pada jalan tol sebagai jalan berbayar, di mana pengguna jalan berhak
untuk mendapatkan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan yang lebih baik saat
berkendara di jalan tol. Selama tahun 2019-2020 telah terjadi sejumlah 1.291
kecelakaan tunggal pada ruas jalan tol Trans-Jawa koridor Cikampek–Palimanan
dan Kanci–Semarang yang menimbulkan korban fatal dan luka yang cukup banyak.
Dengan demikian diperlukan upaya serius untuk menurunkan peluang terjadinya
kecelakaan dan keparahan kecelakaan, terutama yang berkaitan dengan kecelakaan
tunggal sebagai tipe kecelakaan dominan pada jalan tol Trans-Jawa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berasosiasi dengan
frekuensi kejadian kecelakaan tunggal dan tingkat keparahan kecelakaan tunggal
pada jalan tol. Untuk keperluan tersebut, dikembangkan model kinerja keselamatan
jalan tol, yang terdiri dari model ekspektasi frekuensi kecelakaan tunggal dan model
prediksi keparahan kecelakaan tunggal. Model ekspektasi kecelakaan
dikembangkan menggunakan model regresi Binomial Negatif, dengan frekuensi
kecelakaan sebagai variabel dependen serta faktor geometrik dan lingkungan jalan
sebagai variabel independen. Sementara, model keparahan kecelakaan tunggal
dikembangkan dengan menggunakan model regresi logistik multinomial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas tunggal yang
lebih tinggi berasosiasi dengan lalu lintas harian rata-rata tahunan yang lebih besar
dan tidak adanya pagar pengaman sisi jalan. Sementara, kejadian kecelakaan lalu
lintas tunggal yang lebih rendah berasosiasi dengan nilai kelandaian maksimum
pada segmen sepanjang 1 kilometer sebelum segmen jalan yang ditinjau, tidak
adanya pagar pengaman median, keberadaan pagar pengaman median fleksibel, dan
keberadaan pilar jembatan. Untuk keparahan kecelakaan, kecelakaan tunggal yang
mengakibatkan terbaliknya kendaraan dan keberadaan pagar pengaman median
fleksibel berasosiasi dengan meningkatnya probabilitas kecelakaan fatal dan
kecelakaan yang mengakibatkan luka. Sedangkan, keberadaan pagar pengaman
median kaku berasosiasi dengan menurunnya probabilitas kecelakaan fatal dan
kecelakaan yang mengakibatkan luka.