digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Robi Binur
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

Berbagai mikrofungi tropis dapat dimanfaatkan sebagai bio-ingerdient untuk pakan fungsional karena memiliki kandungan nutrisi dan senyawa bioaktif yang tinggi. Untuk itu, penelitian ini bertujuan menganalisis profil nutrisi lengkap dari isolat mikrofungi tropika dan membuktikan efeknya terhadap kesintasan, performa pertumbuhan, dinamika bakteri, dan mortalitas terhadap vibriosis sindrom pada udang putih (Litopenaeus vannamei). [1] Hasil studi lapangan diperoleh 40 isolat mikrofungi dari empat sungai tropis Indonesia; melalui analisis gen internal transcribed spacers (ITS) teridentifikasi 17 isolat dengan tujuh isolat memiliki pertumbuhan miselium tertinggi berturut-turut, yaitu Trichoderma harzianum, Macrophoma theicola, Mucor circinelloides, Trichoderma lentiforme, Fusarium oxysporum, Trichoderma hamatum, dan Lasiodiplodia theobromae (p > 0,05). Kandungan protein tertinggi terdapat pada M. circinelloides (45,58 %), F. oxysporum (41,34 %), M. theicola (37,62 %), T. hamatum (37,54 %), T. hamatum (35,94 %), T. lentiforme (34,82 %), dan L. theobromae (31,56 %). Kandungan asam amino berkisar antara 11,023–18,881 gr/100 gr dengan nilai tertinggi terdapat pada F. oxysporum (18,881 gr/100 gr), T. lentiforme (16,365 gr/100 gr), M. circinelloides (16,027 gr/100 gr), M. theicola (14,867 gr/100 gr), L. theobromae (12,856 gr/100 gr), T. harzianum (11,486 gr/100 gr), dan T. hamatum (11,023 gr/100 gr). Kandungan asam lemak berkisar antara 1,094–5,253 % dengan kandungan SAFA tertinggi pada L. theobromae (1,41 %), MUFA pada T. lentiforme (1,97 %), dan PUFA pada L. theobromae (1,97 %). Kandungan beta-glukan berkisar antara 0,170–0,280 gr/berat kering dengan kandungan tertinggi pada M. circinelloides (0,280 gr), T. lentiforme (0,277 gr), T. hamatum (0,270 gr), L. theobromae (0,260 gr), T. harzianum (0,207 gr), M. theicola (0,173 gr), dan F. oxysporum (0,170 gr). Persentase kandungan nutrisi penting untuk pertumbuhan optimal udang putih tertinggi berturut-turut diperoleh pada M. circinelloides (66,76 %), F. oxysporum (66,46 %), T. hamatum (61,44 %), L. theobromae (57,92 %), M. theicola (57,54 %), T. lentiforme (55,38 %), dan T. harzianum (54,20 %). [2] Hasil uji suplementasi dua tepung mikrofungi (M. circinelloides dan T. harzianum) kedalam pakan buatan udang pada tahap larva menunjukkan tingkat kesintasan dan performa pertumbuhan udang putih meningkat dibandingkan pakan kontrol setelah 14 hari percobaan. Tingkat kesintasan dan performa pertumbuhan tertinggi, meliputi berat tubuh akhir, laju pertambahan berat tubuh, laju pertumbuhan spesifik, dan rasio konversi pakan/FCR terdapat pada perlakuan suplementasi pakan tepung T. harzianum, diikuti M. circinelloides dan pakan kombinasi (M. circinelloides+T. harzianum). Menariknya, perlakuan dengan suplementasi pakan tepung T. harzianum sebanyak 1,5 % (T-2) dapat meningkatkan berat akhir (0,022 gr), laju berat tubuh (84,04%), laju pertumbuhan spesifik (14,06 % per hari), dan menaikkan rasio konversi pakan (0,49) secara signifikan (p < 0,05) dibandingkan pakan kontrol. Selama percobaan, dijumpai sebanyak 19 isolat bakteri culturable dalam air kultur dengan 10 isolat diantaranya dominan. Bakteri dominan pada perlakuan suplementasi pakan tepung M. circinelloides adalah S. salarius dan R. seohaensis, sedangkan pakan T. harzianum dan pakan kombinasi adalah G. polyisoprenivorans dan C. atlanticus. Berdasarkan hasil uji tantang dengan bakteri Vibrio harveyi menunjukkan mortalitas kumulatif larva udang putih tidak berbeda signifikan (p > 0,05) dibandingkan kontrol, namun mortalitas terendah diperoleh pada perlakuan pakan kombinasi sebesar 49,17 %. [3] Hasil suplementasi kedua tepung mikrofungi tersebut pada tahap pembesaran menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap kesintasan dan performa pertumbuhan udang putih dibandingkan pakan kontrol setelah 62 hari pembesaran. Perlakuan dengan suplementasi pakan tepung M. circinelloides sebanyak 1,5 % (M-2) dapat meningkatkan kesintasan mencapai 81,33 % dan performa pertumbuhan udang putih, terutama berat tubuh akhir (5,21 gr) dan biomassa udang (211,35 gr). Disisi lain perlakuan dengan suplementasi pakan tepung T. harzianum sebanyak 1,5 % (T-2) tidak meningkatkan kesintasan dan performa pertumbuhan udang putih dibandingkan pakan kontrol. Selama proses pembesaran dijumpai sebanyak 20 isolat bakteri culturable dalam air kultur dengan bakteri dominan pada perlakuan M-2: Bacillus cereus, B. velezensis, dan G. polyisoprenivorans, perlakuan T-2: Acinetobacter sp., G. polyisoprenivorans, dan M. luteus, dan kontrol: S. dendranthemae, M. luteus, dan B. velezensis. Kemudian pada usus udang dijumpai 11 isolat bakteri culturable dengan bakteri dominan pada perlakuan M-2: B. velezensis, M. luteus, B. cereus, perlakuan T-2: B. velezensis, Micrococcus sp.2, D. activva, dan kontrol: M. luteus, M. lacticum, S. saprophyticus. Perlakuan dengan suplementasi kedua tepung mikrofungi tersebut juga meningkatkan kandungan protein dari biomassa udang putih dengan nilai tertinggi pada perlakuan T-2 (80,40 %), diikuti oleh M-2 (79,21 %) dan pakan kontrol (76,73 %). [4] Berdasarkan hasil tersebut di atas, disimpulkan bahwa pakan buatan yang disuplementasi sebanyak 1,5 % tepung T. harzianum dapat meningkatkan performa pertumbuhan larva udang putih (berat akhir, laju berat tubuh, laju pertumbuhan spesifik, FCR) secara signifikan (p < 0,05). Kemudian suplementasi pakan tepung M. circinelloides sebanyak 1,5 % dapat meningkatkan kesintasan dan performa pertumbuhan udang putih pada fase pembesaran meskipun tidak signifikan, namun dapat meningkatkan jumlah bakteri fungsional dalam air kultur dan usus udang putih: B. velezensis, B. cereus dibandingkan pakan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pakan buatan yang disuplementasi dengan kedua tepung mikrofungi dapat memberikan pengaruh positif terhadap kesintasan dan performa pertumbuhan udang putih, serta jumlah bakteri probiotik dalam air kultur dan usus udang. Untuk itu, kedua isolat mikrofungi, terutama M. circinelloides dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai pakan fungsional dalam budidaya udang putih. Namun demikian, perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan rinci, terutama faktor zat anti-nutrisi yang kemungkinan dapat mempengaruhi pertumbuhan udang.