digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Manira Puri Syahieka
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Manira Puri Syahieka
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Manira Puri Syahieka
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Manira Puri Syahieka
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Manira Puri Syahieka
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Manira Puri Syahieka
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Manira Puri Syahieka
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Nikel merupakan salah satu logam strategis yang berperan penting dalam perkembangan infrastruktur dan teknologi modern. Indonesia memiliki sumber daya dan cadangan nikel masing-masing sebanyak 33 juta ton dan 21 juta ton. 72% nikel diproduksi sebagai baja tahan karat. Bahan baku pembuatan baja tahan karat yaitu feronikel berasal dari bijih nikel saprolit. Proses produksi nikel di Indonesi umumnya dilakukan melalui proses pirometalurgi dengan Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) karena bijih yang digunakan merupakan bijih nikel saprolit. Tantangan dari produksi menggunakan RKEF adalah keberagaman nisbah antara SiO2 dan MgO yang terkandung dalam bijih nikel saprolit di alam. Nisbah SiO2/MgO yang tinggi dapat menyebabkan temperatur likuidus terak yang meningkat dan berakibat pada kebutuhan listrik yang juga meningkat. Oleh karena itu, penambahan bahan imbuh diperlukan untuk mengatasi kenaikan temperatur likuidus akibat nisbah SiO2/MgO pada bijih nikel saprolit yang meningkat. Salah satu material yang dapat menjadi bahan imbuh pada reduksi bijih nikel saprolit adalah bauksit. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui pengaruh penambahan bauksit untuk reduksi bijih nikel saprolit dalam berbagai nisbah SiO2/MgO terhadap temperatur likuidus terak dan komposisi fasa dalam terak yang terbentuk. Penelitian ini dilakukan dengan 12 sampel campuran nikel saprolit dengan nisbah SiO2/MgO 1,46., 1,77., 2,36., 2,62., 2,85., 3,02., dan batubara dengan variasi penambahan bahan imbuh berupa bauksit, yaitu sebanyak 2% dan 4% dari berat bijih nikel saprolit yang digunakan. Campuran dari ketiga bahan baku kemudian dimasukkan ke dalam tanur vertikal dan dilakukan peleburan pada temperatur 1550°C. Sampel kemudian memasuki proses pendingan cepat. Hasil peleburan selanjutnya diamati dan dianalisis menggunakan mikroskop optik, Scanning Electron Microscope–Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), dan perangkat lunak ImageJ untuk mengetahui komposisi fasa yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbentuk padatan berupa piroksen pada terak nikel saprolit nisbah SiO2/MgO pada 2,62 dan padatan berupa kristobalit pada terak nikel saprolit dengan nisbah SiO2/MgO pada 2,85 dengan penambahan 2% bauskit. Padatan juga terbentuk pada terak nikel saprolit nisbah SiO2/MgO 1,77 berupa olivin dan pada terak nikel saprolit nisbah SiO2/MgO 2,36 berupa piroksen dengan penambahan 4% bauksit. Penambahan 2% bauksit menaikkan temperatur likuidus pada terak nikel saprolit dengan nisbah SiO2/MgO 2,62 dan 2,85, sedangkan penambahan 4% bauksit menaikkan temperatur likuidus pada terak nikel saprolit dengan nisbah SiO2/MgO 1,77 dan 2,36, serta menurunkan temperatur likuidus pada terak nikel saprolit dengan nisbah SiO2/MgO di atas 2,36.