COVER Brian Edric Alim
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 1 Brian Edric Alim
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 2 Brian Edric Alim
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 3 Brian Edric Alim
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 4 Brian Edric Alim
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 5 Brian Edric Alim
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza PUSTAKA Brian Edric Alim
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza
Hilirisasi telah membawa dampak yang signifikan bagi ekonomi Indonesia, dengan
melakukan pemurnian untuk mendapatkan nilai lebih, dari IDR 17 triliun (USD 1,1
miliar) pada akhir 2014 menjadi IDR 326 triliun (USD 20,9 miliar), pada tahun
2021, Indonesia mampu meningkatkan nilai ekspor nikelnya hingga 19 kali lipat.
Namun, muncul kekhawatiran karena kurangnya kejelasan tentang potensi dalam
bisnis pertambangan bauksit Indonesia, yang berpotensi menyebabkan kegagalan
pada program hiliriasi karena jumlah fasilitas pengolahan dan pemurnian bauksit
yang tidak mencukupi untuk mendukung proses hilirisasi.
Larangan ekspor bauksit dapat menyebabkan pertumbuhan PT Cita Mineral
Investindo terhambat karena bisnis utamanya adalah pertambangan bauksit
dengan produk Metallurgical Grade Bauxite. Ini dapat mempengaruhi pendapatan
mereka secara negatif, dan membatasi potensi mereka untuk tumbuh lebih jauh.
Industri bauksit saat ini sejalan dengan rencana Indonesia untuk menjadi pemain
besar dalam produksi EV di masa depan, yang dapat berkontribusi pada produksi
aluminium dan komponen kunci untuk baterai EV. Studi ini akan memeriksa nilai
PT Cita Mineral Investindo dengan skenario pertumbuhan organik dan anorganik
untuk mengukur peluang nilai yang mungkin dimiliki PT Cita Mineral Investindo
dengan mematuhi peraturan baru. Studi ini menggunakan PESTEL, Porter’s Fiver
Forces, dan Analisis Rasio Keuangan untuk menilai kondisi bisnisnya. Evaluasi
DCF akan menilai nilai perusahaan untuk kedua strategi pertumbuhan. Analisis
sensitivitas dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang paling mempengaruhi
nilai perusahaan.
PT Cita Mineral Investindo dalam pertumbuhan organik bernilai IDR
9.505.697.469.283 dan dalam pertumbuhan anorganik bernilai IDR
12.018.885.689.175. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa faktor yang paling
mempengaruhi adalah WACC dan tingkat pertumbuhan terminal. PT Cita Mineral
Investindo dinilai lebih tinggi ketika menggunakan skenario pertumbuhan
anorganik. Untuk mencapai hal ini, PT Cita Mineral Investindo harus
memanfaatkan pertumbuhan anorganik melalui serangkaian kemitraan strategis
dan/atau joint venture..