Bauksit, sebagai sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, memerlukan manajemen
yang optimal untuk memastikan penggunaannya yang berkelanjutan. Sebagai upaya
pengembangan fasilitas pengolahan dalam negeri dan peningkatan nilai tambah pada
bauksit, pemerintah menerapkan kebijakan larangan ekspor bijih bauksit mulai tanggal
10 Juni 2023. Namun, ketidaksiapan infrastruktur pengolahan dalam menampung seluruh
produksi bauksit telah menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi penurunan produksi
bauksit dan dampaknya terhadap masyarakat lokal seperti masyarakat di Kalimantan
Barat. Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan cadangan bauksit terbesar di
Indonesia. Penambangan bauksit telah memainkan peran penting dalam perekonomian
Kalimantan Barat dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji manfaat dan kerugian yang dihasilkan dari kebijakan larangan ekspor
bauksit bagi masyarakat lokal di Kalimantan Barat. Dalam penelitian ini, beberapa
skenario akan dibandingkan, yaitu terdapat ekspor bauksit dengan kondisi pabrik
pengolahan bauksit eksisting (Skenario 1), diterapkan kebijakan larangan ekspor bauksit
dengan kondisi pabrik pengolahan eksisting (Skenario 2), diterapkan larangan ekspor
bauksit dan kemudian terdapat penambahan kapasitas pabrik pengolahan bauksit
(Skenario 3) dan diterapkan relaksasi ekspor hingga pabrik pengolahan bauksit selesai
dibangun (Skenario 4).
Untuk melakukan analisis, digunakan Tabel Input-Output Kalimantan Barat 2016 yang
telah diperbaharui dengan memisahkan sektor pertambangan bauksit dari sektor
pertambangan dan penggalian. Selain itu digunakan model ekonometrik untuk
memodelkan dampak sosial yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Berdasarkan hasil pengujian diketahui dampak perekonomian dan sosial terbesar terjadi
pada Skenario 4. Selama periode peramalan tahun 2023-2027 dampak output yang
diberikan sebesar 113.631 Miliar Rupiah, yang mencakup dampak nilai tambah sebesar
78.876 Miliar Rupiah dan dampak penerimaan pajak tak langsung sebesar 781 Miliar
Rupiah. Selain itu skenario 4 juga memberikan dampak penyerapan tenaga kerja sebesar
980.494 Orang. Berdasarkan model ekonometrik, Skenario 4 pada tahun 2027 memiliki
nilai IPM sebesar 71,83.