Kontak minim antar manusia yang terjadi akibat pandemi Covid-19 justru membuat masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan ponsel pintarnya untuk bekerja dari rumah, bersekolah dari rumah, mencari informasi dan mencari hiburan. Akibatnya masyarakat semakin terhubung dengan internet dan media sosial. Di saat pameran dan acara-acara seni rupa tidak bisa diselenggarakan secara langsung, media sosial menjadi wadah berkumpulnya audiens seni rupa. Kondisi pergeseran audiens dari ruang fisik ke ruang virtual ini dimanfaatkan oleh Jakarta Biennale yang terpaksa menunda penyelenggaraan mereka dari tahun 2020 ke 2021, dengan mengusung format hybrid yaitu pameran fisik dan pameran virtual.
Di antara tiga jenis media sosial yang digunakan oleh Jakarta Biennale, Instagram dipilih sebagai fokus komunikasi mereka kepada audiensnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Jakarta Biennale 2021: Esok di media sosial Instagram dan bagaimana kelompok audiens baru di Instagram terbentuk pada kanal ini. Penelitian dibatasi pada konten Instagram Jakarta Biennale pada rentang waktu 9 Desember 2021 hingga 21 Januari 2022 dan pertumbuhan kelompok audiens baru yang terjadi selama rentang waktu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan gambaran bagaimana Instagram dapat digunakan untuk meraih apresiasi publik berupa Like dan Comment atas konten-konten yang diunggah.
Penelitian dilakukan dengan mix method dan pengumpulan datanya menggunakan instrumen observasi digital, wawancara purposive sampling kepada tim kerja dan seniman partisipan, serta kuesioner kepada 33 orang pengunjung Jakarta Biennale 2021: Esok. Penelitian ini menggunakan model komunikasi pameran dari Eugene Knez dan Wright, teori Tipologi Interaksi Online oleh David White dan Allison Le Cornu dan teori Aspek Keberhasilan Media Sosial oleh Lutz Finger dan Soumitra Dutta dari aspek media sosial. Sedangkan pada kajian seni, penelitian ini menggunakan teori Fokus Pengembangan Audiens museum yang diusulkan oleh Philip Kotler. Teori ini mengelompokkan jenis audiens di museum seni, termasuk di antara kelompok audiens baru.
Hasil analisis mendapatkan jawaban bahwa strategi komunikasi Jakarta Biennale 2021: Esok di Instagram dilakukan dengan menyusun rencana konten, menggunakan gaya bahasa dan diksi yang umum, menggunakan desain yang baik, dan terdapat satu administrator yang aktif merespon interaksi audiens. Sementara itu audiens baru berkembang didukung oleh penyebaran informasi terkait Jakarta Biennale 2021: Esok yang terlacak melalui tanda pagar #jakartabiennale2021 dan Tag kepada Instagram Jakarta Biennale.
Komunikasi di Instagram Jakarta Biennale belum terlaksana dengan maksimal sehingga jangkauan pada kelompok audiens baru masih relatif kecil dibandingkan pertumbuhan pengguna media sosial di Indonesia. Apresiasi audiens Instagram Jakarta Biennale masih berpusat pada minat berkunjung namun minim pada penerimaan gagasan pameran. Penelitian ini merangkum gambaran strategi komunikasi yang dapat dikembangkan untuk penyelenggaraan Jakarta Biennale selanjutnya maupun pameran seni rupa lainnya, serta mengundang penelitian- penelitian lanjutan dalam menguak dan mengolah potensi media sosial bagi pengembangan audiens seni rupa di Indonesia.