digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas utama pada sektor akuakultur global, dengan kontribusi sebesar 75% dari total produksi udang di Indonesia. Pemilihan udang putih sebagai komoditas akuakultur didasari atas ketahanannya yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan. Akan tetapi, masih terdapat permasalahan umum yang dihadapi dalam budidaya udang putih, salah satunya adalah kehadiran mikroba patogen yang dapat menyebabkan penyakit infeksius hingga kematian. Aplikasi sistem akuakultur tertutup menggunakan teknologi bioflok merupakan salah satu upaya dalam mengontrol mikroba patogen. Selain itu, suplementasi sinbiotik pada pakan, yaitu kombinasi probiotik dan prebiotik juga menjadi alternatif strategi pengontrolan penyakit. Pada penelitian ini, kombinasi aplikasi teknologi bioflok serta suplementasi pakan sinbiotik diimplementasikan untuk pembesaran udang putih (42 hari) dan diamati pengaruhnya terhadap kualitas air, termasuk profil komunitas mikroba baik pada air kultur maupun usus udang melalui metode angka lempeng total (ALT), hingga performa pertumbuhan dan kesintasan udang. Perlakuan dengan kombinasi teknologi bioflok dengan pemberian pakan sinbiotik (‘BS’) akan dibandingkan dengan perlakuan teknologi bioflok dengan pakan komersil (‘BK’), serta perlakuan kontrol menggunakan sistem semi-batch dengan pakan komersil (‘CK’) maupun pakan sinbiotik (‘CS’). Penelitian dimulai dengan persiapan sistem bioflok melalui penambahan probiotik Halomonas alkaliphila, konsorsium bakteri nitrifikasi, dan mikroalga Chaetoceros calcitrans serta molase. Pakan sinbiotik dibuat dengan mencampurkan pakan komersil dengan kombinasi probiotik H. alkaliphila dan prebiotik rumput laut merah Kappaphycus alvarezii serta dilengkapi dengan mikroalga Spirulina sp. Pengukuran kualitas air (suhu, pH, oksigen terlarut, kadar amonium, nitrit, dan nitrat) dilakukan setiap hari, sedangkan pengamatan mikrobiologi serta pertumbuhan udang dilakukan seminggu sekali. Parameter mikrobiologi mencangkup dinamika, kelimpahan, indeks keragaman, dominansi, dan similaritas. Hasil pengamatan kualitas air menunjukkan bahwa perlakuan BK dan BS dapat menjaga kadar total nitrogen amonium (TAN) dan NO2-N pada kondisi optimum. Teramati tren fluktuatif pada dinamika dan indeks komunitas mikroba untuk semua perlakuan. Hasil pengamatan ALT pada medium NA didapati total bakteri heterotrof pada sampel air kultur dan usus udang cenderung lebih tinggi pada BS, BK, dan CS. Namun, hasil pengamatan ALT pada medium TCBS mengindikasikan jumlah bakteri Vibrio sp. pada air maupun usus udang BS lebih rendah dibandingkan BK, CK dan CS. Pada akhir budidaya, didapati perlakuan BS menghasilkan berat udang rata-rata (4,2 ± 1,1 gr), total biomasa (222,1 ± 32,3 gr), feed conversion ratio (1,5±0,3), rata-rata pertumbuhan harian (0,10±0.02 gr/hari), dan kesintasan (91±11%) lebih baik dibandingkan CK, CS, dan BK. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa sistem aplikasi teknologi bioflok dengan suplementasi pakan sinbiotik dapat menjaga kestabilan kadar nitrogen inorganik, menjaga keseimbangan komunitas mikroba serta meningkatkan pertumbuhan udang putih selama fase pembesaran, sehingga berpotensi untuk diaplikasikan lebih lanjut dalam budidaya udang putih pada skala industri.