Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas utama pada
sektor akuakultur global, dengan kontribusi sebesar 75% dari total produksi udang
di Indonesia. Pemilihan udang putih sebagai komoditas akuakultur didasari atas
ketahanannya yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan. Akan tetapi,
masih terdapat permasalahan umum yang dihadapi dalam budidaya udang putih,
salah satunya adalah kehadiran mikroba patogen yang dapat menyebabkan penyakit
infeksius hingga kematian. Aplikasi sistem akuakultur tertutup menggunakan
teknologi bioflok merupakan salah satu upaya dalam mengontrol mikroba patogen.
Selain itu, suplementasi sinbiotik pada pakan, yaitu kombinasi probiotik dan
prebiotik juga menjadi alternatif strategi pengontrolan penyakit. Pada penelitian ini,
kombinasi aplikasi teknologi bioflok serta suplementasi pakan sinbiotik
diimplementasikan untuk pembesaran udang putih (42 hari) dan diamati
pengaruhnya terhadap kualitas air, termasuk profil komunitas mikroba baik pada air
kultur maupun usus udang melalui metode angka lempeng total (ALT), hingga
performa pertumbuhan dan kesintasan udang. Perlakuan dengan kombinasi
teknologi bioflok dengan pemberian pakan sinbiotik (‘BS’) akan dibandingkan
dengan perlakuan teknologi bioflok dengan pakan komersil (‘BK’), serta perlakuan
kontrol menggunakan sistem semi-batch dengan pakan komersil (‘CK’) maupun
pakan sinbiotik (‘CS’). Penelitian dimulai dengan persiapan sistem bioflok melalui
penambahan probiotik Halomonas alkaliphila, konsorsium bakteri nitrifikasi, dan
mikroalga Chaetoceros calcitrans serta molase. Pakan sinbiotik dibuat dengan
mencampurkan pakan komersil dengan kombinasi probiotik H. alkaliphila dan
prebiotik rumput laut merah Kappaphycus alvarezii serta dilengkapi dengan
mikroalga Spirulina sp. Pengukuran kualitas air (suhu, pH, oksigen terlarut, kadar
amonium, nitrit, dan nitrat) dilakukan setiap hari, sedangkan pengamatan
mikrobiologi serta pertumbuhan udang dilakukan seminggu sekali. Parameter
mikrobiologi mencangkup dinamika, kelimpahan, indeks keragaman, dominansi,
dan similaritas. Hasil pengamatan kualitas air menunjukkan bahwa perlakuan BK
dan BS dapat menjaga kadar total nitrogen amonium (TAN) dan NO2-N pada
kondisi optimum. Teramati tren fluktuatif pada dinamika dan indeks komunitas mikroba untuk semua perlakuan. Hasil pengamatan ALT pada medium NA didapati
total bakteri heterotrof pada sampel air kultur dan usus udang cenderung lebih
tinggi pada BS, BK, dan CS. Namun, hasil pengamatan ALT pada medium TCBS
mengindikasikan jumlah bakteri Vibrio sp. pada air maupun usus udang BS lebih
rendah dibandingkan BK, CK dan CS. Pada akhir budidaya, didapati perlakuan BS
menghasilkan berat udang rata-rata (4,2 ± 1,1 gr), total biomasa (222,1 ± 32,3 gr),
feed conversion ratio (1,5±0,3), rata-rata pertumbuhan harian (0,10±0.02 gr/hari),
dan kesintasan (91±11%) lebih baik dibandingkan CK, CS, dan BK. Secara
keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa sistem aplikasi teknologi bioflok
dengan suplementasi pakan sinbiotik dapat menjaga kestabilan kadar nitrogen
inorganik, menjaga keseimbangan komunitas mikroba serta meningkatkan
pertumbuhan udang putih selama fase pembesaran, sehingga berpotensi untuk
diaplikasikan lebih lanjut dalam budidaya udang putih pada skala industri.