digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ihda Mafaza Azka
PUBLIC Alice Diniarti

Critical-sized bone defect merupakan kerusakan jaringan tulang dengan kapasitas regenerasi yang terganggu, sehingga menyebabkan penurunan densitas tulang yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Scaffold merupakan salah satu komponen dalam rekayasa jaringan tulang yang tersusun atas biomaterial dan berperan memfasiliatasi regenerasi tulang Salah satu biomaterial alam yang berpotensi dimanfaatkan sebagai scaffold berasal dari spons (Porifera), yaitu Biosilika dan spongin. Oleh sebab itu, dilakukan studi literatur yang bertujuan untuk (1) Mengkaji peran biosilika dan spongin dari spons untuk rekayasa jaringan tulang; serta (2) Membandingkan biomaterials spons dengan hydroxyapatite (HA) untuk rekayasa jaringan tulang. Studi dilakukan melalui penelusuran jurnal bereputasi Q1 hingga Q3 melalui Google Scholar, Mendeley Dekstop, dan Scimagojr.com. Literatur diseleksi berdasarkan kata kunci dan Batasan tertentu, sehingga digunakan total 95 literatur. Hasil studi literatur menunjukkan bahwa kedua biomaterial spons ini bersifat biokompatibel, dapat menunjang aktivitas osteogenik, dan memiliki laju degradasi yang lebih cepat dibandingkan dengan material sintetik. Secara spesifik, biosilika spons bersifat osteokonduktif dan osteoinduktif dapat meningkatkan ekspresi gen diferensiasi osteogenik, serta mampu menginduksi mineralisasi tulang melalui pembentukan kristal hydroxyapatite. Sementara itu, peran spongin bersifat osteokonduktif yang secara struktural homolog dengan protein kolagen dengan fungsi yang masih bias, akan tetapi diduga memiliki peran dalam pensinyalan selama proses regenerasi tulang. Adapun material sintetik HA umum digunakan dalam rekayasa jaringan tulang karena bersifat osteokonduktif dan osteoinduktif yang terbukti meningkatkan ekspresi marker diferensiasi osteogenik. Hasil perbandingan antara biomaterial spons dengan HA menunjukkan bahwa laju degradasi material disertai pembentukan tulang yang lebih tinggi pada biomaterial spons, akan tetapi HA memiliki sifat yang lebih superior dalam hal bioaktivitas dalam menginduksi regenerasi tulang. Selain itu, setiap biomaterial ini memiliki karakteristik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga fabrikasi scaffold dibuat dalam bentuk komposit dengan memperhatikan parameter khusus rekayasa jaringan tulang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa (1) Kedua biomaterial spons berperan dalam memfasilitasi regenerasi jaringan tulang, yaitu biosilika dapat menginduksi diferensiasi osteogenik dan spongin diduga memfasilitasi pensinyalan dalam regenerasi tulang; (2) Biomaterial spons memiliki biodegradability yang lebih tinggi dan induksi regenerasi tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan HA.