digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Banjir merupakan bencana alam yang dapat disebabkan oleh beberapa hal, namun mayoritas disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Sebagai akibat dari tingkat keparahan dan peningkatan kejadian hujan lebat yang intens, angin topan, dan banjir, perkerasan akan kehilangan kemampuan layan-nya lebih cepat dari tingkat kerusakan normalnya yang ditunjukkan dari kondisi struktural dan kondisi permukaannya. Pada penelitian ini, dilakukan analisis pengaruh banjir terhadap deteriorasi perkerasan berdasarkan kondisi permukaannya. Analisis dilakukan pada ruas jalan nasional di Kalimantan Selatan karena terdampak banjir Kalimantan Selatan 2021. Parameter kondisi permukaan yang digunakan adalah nilai PCI dan ketidakrataan (IRI) dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Kalimantan Selatan. Ruas jalan dikategorikan menjadi tiga yaitu ruas jalan dengan lalu lintas rendah, sedang, dan tinggi. Analisis dilakukan dengan mencari pengaruh kondisi lingkungan (curah hujan) dan kondisi lalu lintas terhadap kondisi permukaan perkerasan berdasarkan nilai PCI dan IRI pre- dan post- banjir serta melakukan analisis perubahan kondisi perkerasan di masa yang akan datang dengan menggunakan model Markov Chain. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa secara statistik berdasarkan perbedaan nilai rata-rata IRI dan PCI banjir memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan nilai IRI. Berdasarkan tipe lalu lintasnya, terlihat bahwa pola rata-rata IRI adalah mengalami kenaikan dari pre flood ke post flood pada ruas banjir dengan lalu lintas sedang dan rendah. Sedangkan untuk ruas banjir dengan lalu lintas tinggi, pola rata-rata IRI adalah mengalami penurunan dari pre flood ke post flood. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh banjir terhadap penurunan nilai IRI tergantung pada tipe lalu lintas ruas jalan. Pada analisis perubahan kondisi perkerasan berdasarkan nilai IRI menggunakan model Markov Chain dengan pengulangan empat siklus, diperoleh bahwa adanya banjir memberikan penurunan kondisi perkerasan yang signifikan terutama pada kondisi “rusak berat” sebesar 3 hingga 10 kali dari siklus sebelumnya dan menjadi lebih besar dampaknya pada ruas yang awalnya banjir kemudian pada tahun selanjutnya banjir. Berdasarkan perbandingan hasil analisis dengan kondisi aktual pada pengulangan satu siklus, perbedaan persentase distribusi kondisi perkerasan kurang dari 10% hanya terjadi pada ruas banjir dan ruas tidak banjir lalu lintas tinggi sedangkan untuk ruas lain persentase perbedaannya masih lebih besar dari 10%. Hal ini menunjukkan bahwa, analisis perubahan kondisi perkerasan dengan model ii Markov Chain belum dapat mewakili seluruh ruas yang ada, yang dapat disebabkan oleh proses transisi Markov Chain yang digunakan adalah transisi homogen yang tidak bergantung pada waktu.