digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pemerintah Indonesia sedang membuat target untuk meningkatkan kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi 11.791 MW dan membuat roadmap untuk mengembangkan tenaga panas bumi dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas panas bumi dari 2,13 GW pada tahun 2019, menjadi 7,87 GW pada tahun 2030, dan menjadi 9,3 GW pada tahun 2035. Untuk merealisasikan target tersebut, eksplorasi dan eksploitasi daerah panas bumi di Indonesia harus ditingkatkan. Daerah panas bumi Kepahiang yang berada di Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah yang belum dieksploitasi, padahal daerah panas bumi ini memiliki potensi sumberdaya hingga 180 MW. Potensi sumber panas bumi diperkirakan berada di daerah Gunung api Kaba, dimana terdapat manifestasi panas bumi berupa solfatar-fumarol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menentukan model konseptual sistem panas bumi di daerah panas bumi Kepahiang dengan menggunakan metode gayaberat. Data gayaberat didapatkan dari hasil akuisisi data gayaberat oleh Tim Survei Geofisika Terpadu Kepahiang pada tahun 2010 yang dapat diakses di perpustakaan Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP). Pengolahan data gayaberat menghasilkan Peta Anomali Bouguer Lengkap dengan rentang nilai 18 mGal hingga 52 mGal. Kemudian dilakukan pemisahan anomali regional dan residual dengan menggunakan metode Moving Average dan Polinomial Orde-2, dimana lebar jendela ditentukan dengan melakukan analisis spektral 1 dimensi. Hasil anomali menggunakan metode Polinomial Orde-2 menunjukkan nilai anomali tinggi dan rendah terlihat di daerah timur laut dan barat daya, yang diperkirakan akibat adanya intrusi andesit-basalt I sisa dari vulkanisme Gunung Kaba dan batuan yang telah mengalami pelapukan, sehingga metode ini dinilai memiliki korelasi dengan geologi daerah penelitian. Pemodelan 2,5D menunjukkan bahwa nilai anomali tinggi dapat diindikasikan sebagai intrusi andesit-basalt I dengan kontras densitas +0,59 gr/cc. Adanya intrusi andesit-basalt I diperkirakan sebagai sumber panas, satuan Aliran Piroklastik Kaba Tua 2 sebagai reservoir, dan satuan Aliran Piroklastik Kaba Tua 3 dan Aliran Piroklastik Kaba Muda sebagai batuan penudung.