Pekerjaan timbunan masih merupakan pilihan utama pada pekerjaan peninggian elevasi infrastruktur, seperti badan jalan, landas pacu dan tanggul pengendali banjir. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan terbatasnya lahan akibat pengembangan kawasan hunian dan industri, saat ini pembangunan infrastruktur telah merambah pada area pinggiran yang sebelumnya dihindari, seperti pada bantaran sungai dan rawa dengan endapan tanah lunak yang relatif tebal, dengan daya dukung rendah dan kompresibilitas tinggi. Metode konstruksi jembatan dengan fondasi dalam, secara teknis dapat menghilangkan potensi penurunan tanah jangka panjang, namun memerlukan biaya besar. Sedangkan metode konstruksi timbunan dengan pra-pembebanan dan percepatan konsolidasi membutuhkan volume material timbunan yang besar, lahan yang luas dan waktu konstruksi yang lama. Pada konstruksi timbunan di atas lapisan gambut yang tebal dengan kadar air tinggi, pemampatan terjadi baik pada pori dan serat gambut yang berefek pada penurunan jangka panjang yang sulit diprediksi. Pada prakteknya di Indonesia, konstruksi slab on pile berbiaya mahal selalu menjadi pilihan metode konstruksi jalan pada area gambut tebal. Dengan masih banyaknya rencana konstruksi pada area gambut di Indonesia, diperlukan alternatif solusi yang lebih murah melalui pendekatan geoteknik.
Beberapa penelitian terkini mengenai perbaikan tanah gambut dengan berbagai metode mulai dari stabilisasi kimiawi, perkuatan dengan stone/sand column untuk konstruksi tanggul badan jalan, rel kereta api, dan struktur gedung telah dilakukan. Sebagai catatan, metode di atas telah berhasil dilakukan untuk menahan beban timbunan tanpa terjadi keruntuhan daya dukung. Namun demikian, penerapan metode perbaikan tanah gambut selain dengan metode tumpuan tiang, masih menghasilkan penurunan timbunan yang terlalu besar dan berlanjut selama bertahun-tahun......