BAB 1 Lia Oktafiani
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Lia Oktafiani
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Lia Oktafiani
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Lia Oktafiani
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Lia Oktafiani
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan
IMRT (Intensity Modulated Radiotherapy) merupakan teknik modern dalam radioterapi yang menggunakan banyak lapangan radiasi dalam penyinarannya dengan intensitas yang tidak seragam pada setiap arah lapangan radiasi untuk mendapatkan distribusi dosis yang optimum. Sebelum dilakukan penyinaran,
diperlukan suatu perencanaan optimal agar tujuan radioterapi dapat tercapai. Pada saat penyinaran pada pasien dengan radiasi terdapat kemungkinan jaringan sehat di sekitar volume target mendapatkan dosis yang tinggi serta nilai HI (Homogeneity Index) dan CI (Conormity Index) yang optimal. Oleh karena itu, diperlukan optimasi sudut penyinaran pada IMRT yang sesuai agar tujuan tersebut tercapai. Pada
penelitian kali ini akan dilakukan proses optimasi sudut berkas penyinaran pada teknik IMRT untuk kasus kanker nasofaring menggunakan metode Simulated Annealing untuk 7 dan 9 lapangan yang akan dibandingkan dengan hasil planning manual. Berdasarkan proses optimasi yang dilakukan dengan menggunakan nilai parameter temperatur awal 1000 K dan temperatur dingin sebesar 1 K, diperoleh
konfigurasi sudut baru dengan nilai fungsi objektif yang lebih kecil daripada planning manual. Setelah didapatkan konfigurasi sudut berkas penyinaran hasil optimasi, kemudian dilakukan analisis melalui tampilan distribusi dosis dengan kurva Dose Volume Histogram (DVH), nilai OAR, nilai HI dan CI antara planning manual dan planning optimasi SA. Pada penelitian ini diperoleh bahwa planning dengan optimasi SA lebih optimal dari planning manual karena dapat menurunkan dosis OAR dan diperoleh nilai HI & CI yang lebih bagus. Untuk penggunaan jumlah lapangan, sudut penyinaran dengan jumlah 9 lapangan menghasilkan perencanaan yang lebih optimal dibandingkan dengan penggunaan 7 lapangan.