Metoda hidrograf satuan sintetis cara Nakayasu, HEC-HMS (Snyder), SCS, ITB-1,ITB-2 digunakan untuk menghitung debit puncak dan bentuk hidrograf banjir dalam kajian Bendungan Kadumalik ini. Dengan analisis data curah hujan harian maksimum yang digunakan adalah metode Poligon Thiesen dan Aritmatic Mean. Dari kedua analisis frekwensi ini yang terpilih adalah Metode Poligon Thiesen. Transformasi curah hujan menjadi limpasan dengan Metode FJ MOCK dan NRECA telah diterapkan dalam analisis Bendungan Kadumalik. Dibandingkan dengan NRECA, Metode FJ MOCK dengan metode poligon thiesen untuk analisis frekwensi curah hujannya memberi performance rating lebih baik dengan nilai kalibrasi 0.911 untuk R2, 0.627 untuk NSE, 0.606 untuk RSR, 18.141 untuk RMSE dan 30.764 PBIAS. Sedangkan nilai validasi adalah 0.911 untuk R2, 0.661 untuk NSE, 0.582 untuk RSR, 16.086 untuk RMSE dan 34.420 PBIAS.
Bendungan Kadumalik menggunakan model side-channel-spillway (pelimpah samping) dengan tipe ambang pelimpah ogee. Secara teknis direncanakan berdasarkan debit banjir rancangan Q100 dan dikontrol dengan mengalirkan debit banjir Q1000 dan QPMF. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku aliran hidrolika yang terjadi pada model numerik berbasis CFD dengan ANSYS Fluent dan CFX, beserta Flow 3D di bagian saluran pengarah, pengatur dan peluncur, sehingga diperoleh desain bangunan yang optimum yang terjadi, klasifikasi aliran ini berupa steady dan transient. Dari hasil analisis numerik diketahui bahwa Water velocity strimline di saluran peluncur untuk Q100 dengan aliran steady adalah 0.1644 – 0.2643 m.s-1, Q1000 adalah 0.2176 – 0.2869 m.s-1, QPMF adalah 0.1592 – 0.2262 m.s-1, untuk aliran transient, Water velocity strimline di saluran peluncur untuk Q100 adalah 0.1555 – 0.2250 m.s-1, Q1000 adalah 0.1541 – 0.2232 m.s-1, QPMF adalah 0.1559 – 0.2255 m.s-1.
Kondisi hidrolis basah, normal dan kering yang dipakai dalam analisis penyusunan pola operasi Bendungan Kadumalik. Kondisi hidrolis basah sebelum ada waduk neraca air rata-rata 25.51 m3/dtk setelah ada waduk neraca air rata-rata 26.89 m3/dtk dengan kenaikan 5.125%, kondisi hidrolis normal sebelum ada waduk neraca air rata-rata 15.54 m3/dtk setelah ada waduk neraca air rata-rata 18.75 m3/dtk dengan kenaikan 17.105%, kondisi hidrolis kering sebelum ada waduk neraca air rata-rata 1.74 m3/dtk setelah ada waduk neraca air rata-rata 7.97 m3/dtk dengan kenaikan 78.157%,