
COVER Ribka Priscilla Sinaga
PUBLIC Budi Cahyadi 
BAB 1 Ribka Priscilla Sinaga
PUBLIC Budi Cahyadi 
BAB 2 Ribka Priscilla Sinaga
PUBLIC Budi Cahyadi 
BAB 3 Ribka Priscilla Sinaga
PUBLIC Budi Cahyadi 
BAB 4 Ribka Priscilla Sinaga
PUBLIC Budi Cahyadi 
BAB 5 Ribka Priscilla Sinaga
PUBLIC Budi Cahyadi
Distillate Aromatic Extract (DAE) merupakan produk turunan dari minyak bumi
dengan kandungan aromatik tinggi yang dimanfaatkan oleh industri rubber,
khususnya pabrik ban sebagai plasticizer oil. DAE merupakan produk samping dari
proses ekstraksi solven produk vacuum distillates di unit FEU (Furfural Extraction
Unit) untuk produksi minyak pelumas.
Treated Distillate Aromatic Extract (TDAE) merupakan produk dari proses
ekstraksi lanjutan terhadap umpan DAE sehingga memiliki kadar PCA (Polycyclic
Aromatic) kurang dari 3% berat dan layak digunakan sebagai RPO di industri
manufaktur kompon ban. Selain kadar PCA, produk TDAE yang bernilai jual tinggi
memiliki persyaratan kualitas berupa nilai viskositas kinematik di kisaran 17-22
cSt apabila diukur pada temperatur 100oC.
Tesis ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi FEU (Furfural Extraction Unit)
apabila akan dimanfaatkan sebagai unit proses produksi TDAE berbasis proses baru
yaitu proses ekstraksi tanpa menggunakan diluen. Selain itu diharapkan melalui
penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pengurangan kadar PCA dalam umpan DAE
dapat dilakukan melalui proses ekstraksi metode shake flash extraction test dengan
mengkaji pengaruh variabel proses, diantaranya variasi komponen umpan
campuran, rasio pelarut furfural terhadap umpan DAE, dan jumlah tahapan
ekstraksi.
Penelitian ini menggunakan perangkat lunak simulasi proses Aspen HYSYS
sebagai alat bantu untuk mendapatkan gambaran terkait kelayakan teknologi proses
produksi TDAE tanpa menggunakan diluent dengan menggunakan spesifikasi
umpan nyata dari Kilang RU IV Cilacap.
Melalui penelitian ini, dibuktikan bahwa komponen IDIS dapat digunakan sebagai
pengencer menggantikan peran dari diluen (n-heksana). Dari 8 variasi percobaan
yang dilakukan di laboratorium (shake extraction test) berhasil menurunkan
kandungan PCA lebih dari 50% dan memenuhi spesifikasi kandungan aromatik
minimal 25%. Pada variasi 2 diperoleh nilai kandungan PCA terbaik yaitu sebesar
3,6%.
Dalam penelitian ini, dibuat model simulasi produksi TDAE di Unit FEU I Kilang
RU IV Cilacap mengacu pada kondisi operasi mode SPO dan divalidasi dengan
ii
data actual Daily Monitoring Unit SPO. Model simulasi yang dibangun mampu
menunjukkan bahwa tingkat ekstraksi NPCA dan Oil pada percobaan shake
extraction test bernilai terlalu besar yang kemungkinan bisa disebabkan oleh kurang
sempurnanya pemisahan fasa ekstrak dan fasa rafinat secara pengendapan pada
percobaan shake extraction test. Artinya, bila proses ekstraksi dilakukan pada alat
ekstraksi yang lebih handal kinerjanya, seperti pada unit operasi di lapangan yaitu
Unit FEU (Furfural Extraction Unit) yang menggunakan unit RDC (Rotating Disc
Contactor) yang kemudian ditambah dengan bejana Settler yang beroperasi pada
temperatur lebih rendah, maka pencapaian nilai yield TDAE dan kandungan
aromatik total dalam produk TDAE dari ekstraksi DAE tanpa menggunakan diluen
dapat diharapkan mendekati nilai idealnya.
Kenaikan efisiensi ekstraksi pada harga SFR (Solvent to Feed Ratio) yang tetap
akan meningkatkan yield dan kandungan PCA dalam produk TDAE karena
semakin sedikit porsi rafinat yang terjebak dan tetap terbawa dalam fasa ekstrak.
Begitu pula bila SFR ditingkatkan pada efisiensi ekstraksi yang tetap, maka yield
dan kandungan PCA dalam produk TDAE akan menurun karena makin banyak
komponen oil dan NPCA yang secara kurang selektif ikut terekstrak bersama PCA.
Hasil prediksi yang logis ini menunjukkan bahwa model simulasi memiliki validitas
yang bagus. Model proses ini secara konsisten menggambarkan dampak fenomena
keterbawaan fasa rafinat dalam fasa ekstrak karena kemungkinan kurang
sempurnanya pencampuran dan pengendapan pada percobaan ekstraksi batch.