Dalam prosedur konvensional, kompaksi dikontrol oleh nilai kepadatan maksimum
(?d)max dan nilai kadar air optimum (w)opt dari pengujian kompaksi di laboratorium pada
tingkat energi tertentu. Adapun di lapangan, energi dan jenis tanah akan bervariasi
sehingga sulit dilakukan evaluasi kepadatan tanah yang tepat. Derajat saturasi optimum
(Sr)opt merupakan derajat saturasi yang terjadi saat nilai (?d)max diperoleh. Dalam hal
ini (Sr)opt merupakan besaran yang independent atau tidak bergantung terdadap nilai
CEL maupun jenis tanah sehingga (Sr)opt dapat digunakan sebagai kontrol pemadatan
tanah yang lebih praktis. Indonesia berada di wilayah iklim tropis, hal ini
mengakibatkan tanah-tanah di Indonesia memiliki karakteristik pemadatan tersendiri.
Nilai (Sr)opt untuk tanah-tanah di Indonesia diperoleh adalah sebesar 91.2%. Nilai
koefisien permeabilitas yang merupakan salah satu sifat fisik tanah terkompaksi juga
dapat dihubungkan dengan nilai (?d)max, angka pori, dan (Sr)opt sehingga diperoleh
korelasi praktis yang dapat diterapkan di lapangan.
Berdasarkan hasil uji kepadatan dan pengujian batas-batas Atterberg terhadap tanahtanah
di Indonesia diperoleh hubungan antara berat isi kering tanah (?d)max dan nilai
indeks plastisitas untuk berbagai tingkat energi. Dari persamaan tersebut dapat
diperoleh nilai (?d)max hanya dengan mengetahui nilai indeks plastisitasnya. Penentuan
nilai (?d)max pada tingkat energi tertentu juga dapat diperoleh dengan menggunakan
sebuah konstanta yang merupakan fungsi ?d)max pada tingkat energi 1Ec.