digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Valentina Dea Ramadhani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Valentina Dea Ramadhani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Valentina Dea Ramadhani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Valentina Dea Ramadhani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Valentina Dea Ramadhani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Valentina Dea Ramadhani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Bank Penta perlu menutup cabangnya jika terdampak Covid-19. Cabang masih menjadi opsi utama bagi nasabah untuk melakukan transaksi perbankan, sehingga tutupnya cabang akan mengganggu operasional dan layanan ke nasabah. Business Continuity Plan (BCP) sudah diimplementasikan ketika gangguan bisnis terjadi, namun Bank Penta memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan transaksi perbankan nasabah. Lokasi alternatif BCP tidak tersedia atau tidak disiapkan dengan infrstruktur dan pengetahuan yang cukup untuk mendukung keberlangsungan operasional cabang. Hasilnya, waktu proses transaksi di cabang alternatif menjadi lebih lama atau lebih buruk lagi, tidak dapat diproses. Riset kualitatif ini dilakukan untuk mengevaluasi dan memperbaiki implementasi BCP untuk cabang di Bank Penta. Pengumpulan data primer dilakukan melalui interview dengan narasumber kunci yang secara langsung terlibat dalam implementasi BCP baik dari fungsi Governance maupun Pengelola Insiden (IMT). Selain itu, informasi juga didaptkan dari observasi lapangan, ketentuan internal dan dokumen sosialisasi. Untuk mengamankan data perusahaan, nama perusahaan, nama unit kerja dan elemen lainnya disamarkan. Data sekunder didapatkan dari website, laporan, jurnal dan buku. Selama implementasi BCP, tim cabang Bank Penta menghadapi berbagai permasalahan operasional. Cabang tidak bisa memproses transaksi nasabah. Cabang alternatif tidak siap dan tidak tersedia. Jumlah karyawan terbatas karena Covid-19. Beberapa isu terkait pendaftaran user dan komunikasi ke vendor. Tidak tercatat adanya keluhan nasabah atas isu yang terjadi saat implementasi BCP, namun hal ini dapat menjadi potensi keluhan jika tidak ditangani dengan baik. Bedasarkan Analisa dengan Fishbone Diagram, akar penyebab dari isu ini adalah: kompetensi yang kurang baik akibat kurangnya pengalaman dan pelatihan, kurangnya persiapan infrastruktur, kurangnya kepedulian dan pembagian tugas dan tanggung jawab yang kurang jelas antar tim yang terlibat. Kerangka kerja PDCA digunakan untuk memperbaiki keberlangsungan bisnis di cabang dan memastikan isu yang ada dapat terselesaikan. PDCA terdiri dari 4 tahap dimana masing-masing memiliki rencana aksi sebagai solusi yang diajukan untuk perbaikan BCP cabang. Tahap pertama adalah Plan yakni pembuatan proses BCP dan alat pendukung BCP yang baru, rencana persiapan infrastruktur dan peningkatan kepedulian BCP kepada cabang. Tahap kedua adalah Do yakni pembuatan dokumen BIA & BCP, pelaksanaan ujicoba dan sosialisasi BCP. Tahap ketiga adalah Check yakni pelaksanaan audit dari QA, proses pengawasan Incident Reports dan pengujian BCP. Tahap terakhir adalah Act menekankan pada perbaruan dan tinjauan berkala atas BCP untuk memastikan perbaikan yang berkelanjutan pada BCP cabang.